Bacaan Markus 9:30-37
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (Mrk 9:35-37)
Sahabat pelita hati,
SEKURANGNYA ada tiga butir permenungan dari pelita sabda hari ini.
Pertama, para murid yang mempertengkarkan siapa yang terbesar.
Kedua, paradoks ajaran Tuhan bahwa untuk menjadi yang terdahulu harus menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan bagi semuanya.
Ketiga, Yesus menyamakan diri-Nya dengan anak kecil yang harus disambut oleh para murid.
Sahabat terkasih,
Apa yang menjadi perbincangan para murid tentang siapa yang terbesar adalah pikiran-pikiran duniawi yang bukan tidak mungkin masih menjadi kecenderungan kita di masa kini. Terhadap fenomena ini Yesus menyodorkan ajaran rohani yang bertolak belakang dengan pikiran mereka. Untuk menjadi yang terdahulu harus menjadi yang terakhir dan untuk menjadi yang terbesar harus rela menjadi pelayan. Seorang pelayan selalu akan mendahulukan yang dilayani dan rela diabaikan bahkan bahkan tak dihargai. Karenanya Tuhan mengambil seorang anak kecil. Anak melambangkan ketidakberdayaan dan hidupnya selalu menggantungkan pada orang lain. Hendaknya para murid mengembangkan sikap menyandarkan hidup pada Allah dan hidup bergantung pada-Nya. Inilah sebenarnya inti dari kerendahan hati, selalu melibatkan dan mengandalkan Allah dalam hidup dan tak mengandalkan kemampuan dan kekuatan diri. Semoga kita mampu mengusahakannya.
Jangan suka menghakimi,
jika belum ada bukti.
Ya Tuhan mampukan kami,
hidup dengan rendah hati.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)