Bacaan Matius 20:1-16
Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.” (Mat. 20:13-16)
Sahabat pelita hati,
KINI kita berjumpa dengan perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur. Secara spontan banyak pembaca bereaksi sama seperti pekerja yang datang terdahulu (sejak pagi) yang ternyata upahnya sama besar (satu dinar) dengan yang datang belakangan, bekerja hanya satu jam. Sang pemilik kebun anggur pun dinilai berlaku tidak adil. Namun jika kita baca dengan seksama ternyata si pemilik kebun anggur tidak melakukan kesalahan apa pun. Kesepakatannya adalah upah bekerja sehari adalah 1 dinar dan itu telah diterima sesuai haknya oleh orang upahan yang bekerja seharian. Jika akhirnya yang datang terakhir dan hanya bekerja 1 jam mendapat upah 1 dinar ini semata-mata karena kebaikan dan kemurahan hati sang pemilik kebun anggur. Maka pertanyaan si pemilik kebun yang adalah Tuhan sendiri menjadi pertanyaan reflektif untuk kita semua, “atau iri hatikah engkau karena Aku murah hati?”
Sahabat terkasih,
Harus diakui, terkadang kita pun sering bersikap sama seperti para pekerja kebun anggur itu. Mudah iri terhadap orang lain yang lebih berhasil, mendapat kemudahan dlsb., walau mereka kita nilai tak pantas mendapatkannya. Marilah kita membangun hati yang berserah kepada Allah. Tuhan memiliki kebebasan untuk memberikan rahmat-Nya kepada siapa pun. Yang dibutuhkan dari kita adalah sikap menengadah dan berpasrah terhadap kehendak-Nya. Ia kan melimpahkan rahmat pada saat yang tepat. Percayalah.
Ada perempuan ada laki-laki,
ada peragawan ada peragawati.
Jauhi sikap iri dengki,
belajarlah untuk bermurah hati.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)