Bacaan Lukas 19:41-44
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
SAHABAT pelita hati,
Pelita sabda hari ini mengisahkan Yesus yang memandangi kota suci Yerusalem dari bukit Zaitun dan menangisinya. Ketika memasuki kota Yerusalem Yesus merasa terkesan oleh keindahan bait Allah sambil menubuatkan masa depan kota Yerusalem yang akan hancur, tentu disebabkan oleh tabiat orang-orang Yahudi pada waktu itu yang tak peduli pada Mesias yang hadir di tengah-tengah mereka, justru mereka yang membunuh-Nya. Tambahan lagi, sebagai bangsa terpilih mereka memuji Allah hanya dengan bibirnya tidak dengan hatinya. Mereka menjalankan ibadah formal tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Untuk mengenang tempat di mana Tuhan Yesus menangis, dibangunlah gereja yang diberi nama Dominus Flevit, yang berarti “Tuhan Menangis”. Gereja itu didesain dengan bentuk mirip air mata Tuhan Yesus oleh seorang arsitek Italia bernama Antonio Barluzzi. Gereja ini memiliki jendela yang besar di belakang altar. Dari jendela itu kita bisa melihat masjid Al Aqsa dan Dom of the Rock yang merupakan tempat suci bagi kaum muslimin serta tembok tepi barat dari reruntuhan bait Allah yang suci bagi orang Yahudi dan makam suci bagi orang kristen.
Sahabat pelita hati,
Kita tidak lagi bisa menyaksikan kemegahan bait Allah. Namun menurut rasul Paulus, diri kita adalah bait Allah yang kudus (lih.1 Kor 3) maka harus kita jaga kekudusannya dan harus dihindarkan dari segala kekotoran hidup. Jangan biarkan Tuhan menangis karena melihat kita tak menjaga hidup dan tabiat kita. Semoga kita selalu menjadikan pikiran, hati dan tubuh kita dekat dengan kebaikan, keutamaan dan kemuliaan dan menjauh dari sikap kemunafikan yang dapat mengotori hati dan pikiran kita.
Hindari sikap saling bermusuhan,
jalin erat tali persaudaraan dan kebersamaan.
Jadikan kami sebagai bait kudus-Mu Tuhan,
yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)