Bacaan: 1Sam.1:24-28, Lukas 1:46-56
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. (Luk.1:46-50)
Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini melanjutkan kisah perjumpaan antara Elisabeth dan Maria. Maria kemudian melambungkan kidung pujian yang dikenal dengan “kidung Magnificat.” Setelah Elisabeth memuji Maria sebagai ibu yang berbahagia dan terberkati, Maria tak lantas membusungkan dada sebagai tanda bangganya. Ia justru melambungkan pujian kepada Bapa, Tuhan yang agung dan penuh belas kasih. Pesan pokoknya adalah bukan manusia (kita) yang layak dipuji tetapi Tuhan yang harus diagungkan dan dimuliakan. Bukan manusia yang diutamakan tetapi Tuhan yang harus diagungkan. Inilah sebuah contoh nyata kerendahan hati seorang Maria. Cirinya adalah tidak menjadikan dirinya sebagai pusat tetapi Tuhan yang harus diberi hormat.
Sahabat terkasih,
Hari-hari ini kita menyaksikan deretan madah kerendahan hati melalui pribadi-pribadi terpilih seperti Yohanes Pembaptis, Yusuf, Elisabeth, dan juga Maria. Mereka adalah pribadi suci yang hidupnya selalu mementaskan kerendahan hati. Inilah keutamaan terdasar yang hendaknya dihayati oleh setiap orang beriman karena Tuhan yang kita sambut kedatanganya adalah Sang Rendah hati. Allah yang yang rela menjadi manusia dan lahir dalam kandang hina. Semoga kita mampu menjadi pribadi-pribadi sederhana yang setia dan menghayati hidup dalam kerendahan hati. Berkah Dalem.
Jalan-jalan ke kota Tarakan, ujung utara pulau Kalimantan Yang meninggikan diri akan direndahkan yang merendahkan diri akan ditinggikan.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)