Pelita Hati: 24.01.2024 – Tanah Yang Baik: Mendengar, Menyambut dan Berbuah

0
760 views

Sahabat pelita hati,

SALAM seroja, sehat rohani-jasmani, berkah Dalem. 

Perumpamaan tentang seorang penabur ini membawa kita pada satu kesadaran bahwa hendaknya kita menjadi tanah yang baik  sehingga benih yang tertabur dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah yang berlipat-lipat. Tanah yang baik adalah tanah yang tidak banyak semak-duri, tidak berbatu atau keras tetapi tanah yang gembur sehingga benih dapat cepat bertumbuh dan dan mengakar kuat. Tanah yang baik bisa kita maknai sebagai hidup yang memiliki hati yang baik, penuh kasih, peka dan peduli kepada sesama. Bukan hati yang keras dan membatu maupun hati yang selalu memamerkan sikap benci dan iri hati.

Sahabat terkasih,

Mari kita meengarahkan pandangan kepada hati kita masing-masing: apakah hati kita sungguh terbuka terhadap Tuhan yang tersurat dalam sabda keutamaan dan sabda kudusnya? Apakah hati kita juga peka dan peduli kepada sesama? Ataukah kita masih senang memupuk rasa iri dan dengki terhadap sesama dan tidak rela terhadap keberhasilan mereka? Inilah sebentuk semak berduri yang bisa menghimpit dan mematikan tumbuh-kembangnya kebaikan dalam diri kita. Semoga pelita sabda Tuhan di hari ini meneguhkan kita untuk membangun hati yang peduli, hati yang mengasihi dan juga mengampuni. Jika demikan, hidup kita akan menjadi tempat tumbuh-kembangnya kasih dan kebaikan dan kebaikan dari Tuhan itu. Maka, jadilah tanah yang baik. Berkah Dalem.

Panas terik membuat kita kegerahan,
tubuh pun berkucuran keringat.
Tanah yang baik, ialah orang yang mendengarkan firman,
menyambutnya dan  berbuah berlipat-lipat.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah DalemSt. Istata Raharjo,Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

————————————————————————————

Bacaan:

2Sam. 7:4-17

Markus 4:1-20

Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.”

Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.” Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman.

Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.” (Mrk.4:1-20)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here