Bacaan Markus 9:16-17.19.25-29
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Kata seorang dari orang banyak itu: “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri. Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada mereka: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” (Mrk.9:9:16-17.19.25-29)
Sahabat pelita hati,
KISAH tentang “Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu” ini sungguh menarik. Tuhan mengajarkan pentingnya iman/percaya serta dahsyatnya kekuatan doa. Rangkaian kisah ini diawali dangan adanya anak yang kerasukan roh namun para murid yang gagal mengatasinya. Kemudian Yesus berhasil mengusir roh jahat dan menjelaskan tentang maha daya kekuatan doa.
Sahabat terkasih,
Pengajaran Yesus tentang pentingnya berdoa kiranya harus menjadi perhatian kita. Doa yang dimaksud terutama adalah ungkapan iman dan ungkapan hati bahwa kita sungguh bergantung dan bersandar pada maha kuasa-Nya. Doa merupakan pengakuan bahwa bukan kita yang bertindak tetapi Allahlah yang bekerja. Tuhan harus selalu disertakan sebagai sumber kekuatan dan kita hanyalah alat untuk menyatakan kuasa-Nya. Kegagalan para murid mengusir roh tentu karena mereka terlalu percaya diri dan kurang menaruh kepercayaan kepada Allah. Inilah yang disebut sebagai kesombongan rohani. Di sinilah pentingnya doa, saat kita menyerahkan dan menyandarkan diri pada maha kuasa-Nya. Apakah saya sudah berdoa di hari ini? Apakah doa-doa kita sungguh keluar dari hati dan bukan formalitas dan selebrasi? Semoga kita sungguh tekun menjadi pendoa yang rendah hati.
Menerawang jauh pandang mataku,
mengenang indah masa kecilku.
Ya Tuhan, pakailah hidupku,
sbagai alat-Mu, seumur hidupku.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)