Bacaan: Yes.7:10-14;8:10b, Ibr.10:4-10, Lukas 1:26-38
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu (Luk 1:28-31, 34-38)
Sahabat pelita hati,
KISAH diawali dengan datangnya Malaikat Gabriel yang menjumpai Maria dan memberi salam kepada Maria: “Salam hai engkau yang dikurnai, Tuhan menyertai engkau,” dalam bahasa Latinnya, Ave Maria gratia glena, Dominus tecum. Perjumpaan inilah yang disebut “kabar suka cita.” Maria sungguh terberkati, bukan saja karena Ia menerima karunia menjadi Bunda Tuhan, tetapi karena hidupnya penuh dengan teladan keutamaan: ia taat, setia, tabah dan bijaksana. Awalnya, kabar malaikat bukanlah kabar suka cita bagi Maria, justru menimbulkan tanda tanya. Namun setelah Malaikat menyampaikan apa rencana Tuhan, akhirnya Maria menyatakan kesanggupan imannya, ‘Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu’. Dan pernyataan Maria ini bukan hanya menjadi lips service atau pernyataan yang manis bibir saja, segala konsekuensi dari keterpilihannya sebagagi.bunda Tuhan, ia hadapi dengan taat dan setia. Maria tak pernah mengeluh walau harus mengalami beragam tantangan dan kesulitan: sulit mencari tempat untuk melahirkan, akhirnya harus di kandang hewan yang tidak nyaman. Lari menyingkir ke Mesir untuk menghindar dari kemurkaan Herodes yang keji. Puncaknya, ia harus menyaksikan derita, aniaya dan kematian Sang Putera di puncak Golgota. Semuanya ia terima dan ia jalani sesuai janji imannya. Ia tetap menjadi pribadi yang terberkati. Dalam konteks ini Maria menjadi “kabar suka cita” untuk kita semua, karena komitmen ketaatan dan kesetiaannya.
Sahabat terkasih,
Jawaban iman Maria ini menyatakan bahwa, ia adalah penghayat kerendahan hati. Ia bersedia mengambil tanggung jawab yang diberikan Tuhan, apa pun konsekuensinya. Maria juga merupakan pribadi yang berserah diri secara total kepada Tuhan. Kehendak Tuhan harus diutamakan, bukan keinginan kita manusia. Semoga teladan keutamaan Maria menjadi penyerta kita dalam menghayati masa prapaskah nan suci ini agar makin setia menghayati panggilan hidup kita masing-masing. Kita tetap memegang komitmen iman serta setia terhadap tugas, tanggungjawab dan panggilan hidup kita masing-masing. Berkah Dalem.
Menapak jejak menuju gunung Sinai, hamparan batunya sungguh memukau. Salam hai yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)