Bacaan: Kisah Rasul 6:6-10; 7:54-59, Matius 10:17-22
Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” (Kisah Rasul 7:54-59)
Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. (Matius 10:17, 19-20, 22)
Sahabat pelita hati,
SETIAP tanggal 26 Desember, atau hari kedua oktaf Natal, kita merayakan pesta Santo Stefanus martir pertama Gereja. Dalam pelita sabda hari ini menceritakan kisah dibunuhnya dengan keji Stefanus, salah seoran diakon pada waktu itu. Stefanus tak mundur selangkah pun dan tak takut terhadap hujatan banyak orang. Ia mempersembahkan hidupnya dengan indah dan menjadi martir pertama dalam Gereja. Kisah kemartiran Stefanus dan narasi Injil hari ini seolah-olah memutus mata rantai sukacita Natal karena sama sekali tidak bertutur tentang kisah di seputar kelahiran Tuhan. Namun jika kita renungkan lebih mendalam sejatinya tidak sama sekali. Warta Injil hari ini membawa kita kepada kesadaran bahwa kisah kemartiran Stefanus ini menegaskan bahwa para martir adalah orang-orang yang siap memberikan nyawanya demi Yesus yang baru saja diperingati dan dirayakan kelahiran-Nya. Tuhan yang lahir di tengah-tengah kita adalah Sang Penebus dan Sang Pengorban demi menyelamatkan manusia yang hidup dalam cengkeraman dosa.
Sahabat terkasih,
Warta pelita sabda hari ini menegaskan betapa pentingnya mengobarkan semangat militan dalam beriman dengan meneladan para pejuang iman dan martir andalan Gereja di masa lampau. Kita ditantang untuk terus berjuang dan memperjuangkan iman hingga pada akhirnya. “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (ay.22). Semoga teladan hidup santo Stefanus yang tidak takut terhadap tantangan itu mengobarkan semangat hati kita untuk semakin mencintai Tuhan hingga pada akhirnya atau hingga kesudahannya. Mari kita wujudkan komitmen kita itu dalam perjuangan hidup sehari-hari.
Hutan pinus sungguh menawan, menghijau indah terasa nyaman. Santo Stefanus adalah teladan, siap berkorban demi tegaknya iman.
Pergi ke pasar membeli duku, tak lupa pula membeli tomat. Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)