Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini melanjutkan kecaman Yesus terhadap orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang disebut sebagai orang-orang munafik. Lebih tajam dan vulgar. Mereka disamakan seperti bangunan makam yang luarannya ditata begitu indah, bersih dan bercat putih tetapi di dalamnya tersimpan tulang belulang yang telah busuk dan hancur. Secara luaran atau lahiriah nampak indah tetapi sejatinya hidup batinnya penuh dengan dosa, kenajisan, pura-pura dan kemunafikan. Itulah gambaran orang-orang Farisi yang hidupnya sarat dengan kemunafikan.
Sahabat terkasih,
Gambaran tentang orang Farisi dan ahli Taurat ini barangkali bisa menjadi cermin bagi kita. Karenanya kita perlu memperhatikan dan membatinkan sabda-Nya. Kita dituntut untuk menjadi pribadi yang bersih luar-dalam, hidup benar dan tulus hati. Tak boleh hidup pura-pura atau hidup dengan mentalitas ‘seakan-akan’.
Tuhan tahu apa yang tersembunyi di dalam hati. Marilah kita membangun hidup dengan mutu kualitas kristiani yang dapat diandalkan dan menjauh dari perilaku munafik dan kepura-puraan. Jika demikian kita tidak akan masuk dalam lingkaran orang yang dikecam Tuhan.
Jika tak mampu bertahan,
jangan memaksa hingga larut malam.
Bebaskanlah kami Ya Tuhan,
dari amarah, dengki dan dendam.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Tesalonika 3:6-10.16-18;
Matius 23:27-32
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu
Menurut Hendrik Artikel Renungan Harian ini sangat bagus isinya dan bisa dimengerti isinya