Pelita Hati: 30.03.2018 – Haruskah Aku Disalibkan Sekali Lagi

0
599 views

Bacaan Yohanes 18:1-19:42

TEMA pelita hati hari ini saya ambil dari judul sebuah actus atau drama singkat tentang permenungan sengsara dan wafat Yesus yang pernah dipentaskan oleh siswa seminari Petrus van Diepen-Sorong. Drama ini mementaskan Yesus yang mengalami hukuman salib hingga wafat-Nya sebagai silih bagi dosa-dosa manusia yang sombong, congkak, mengumbar hawa nafsu dan tidak taat lagi kepada Tuhan.  Untuk dosa-dosa itulah Yesus rela difitnah, diolok-olok, ditelanjangi dan disalibkan dengan hina.

Kini telah lebih dari 2000 tahun kita merasakan buah karya penebusan-Nya. Pertanyaannya, apakah kita sungguh telah bebas dari sikap sombong dan angkuh? Apakah kita sungguh telah menghayati iman dgn taat dan setia? Ataukah kita masih senang mengabaikan Tuhan dan ajaran keutamaan-Nya? Apakah kita masih juga mengumbar hawa nafsu manusiawi demi kepentingan dan kesenangan sesaat? Apakah kita sungguh-sungguh menjauh dari perilaku koruptif dan berperilaku tidak adil karena mengambil yang menjadi hak orang lain? Apakah kita sungguh setia dengan pasangan hidup, bertanggungjawab terhadap pendidikan anak-anak? Tentu masih ada banyak deret pertanyaan. Jika kita masih memperlihatkan cara hidup lama, memupuk sikap congkak, mengumbar hawa nafsu manusiawi, tak pernah ingat Tuhan serta mengabaikan ajaran keutamaan-Nya berarti Tuhan harus mengadakan penebusan lagi. Jika keluarga-keluarga kristiani tidak saling setia dan banyak orang-orang kristen masih terlibat dalam perilaku koruptif berarti memaksa Tuhan untuk sengsara dan disalibkan sekali lagi. Inginkah kita agar Tuhan disalibkan sekali lagi?

Marilah kita rajut kembali komitmen kita untuk menjauhi perbuatan dosa dan mendekatkan diri pada perbuatan kasih. Di hari Jumat suci ini kita tegaskan kembali komitmen hati untuk taat dan setia kepada Tuhan Sang Penyelamat abadi.

Jika tunas mulai bersemi,
jangan lupa tuk disirami.
Ya Tuhan ampuni kami,
atas dosa dan salah kami.

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, rm.istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here