Bacaan: 1Tes. 4:13-17;Lukas 4:16-30
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. (Luk. 4:16-19, 21-22, 29-30)
Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini berkisah tentang Yesus yang ditolak di Nazaret. Namun penolakan ini sebenarnya merupakan ujung akhir dari narasi panjang tentang visi-misi pewartaan Yesus serta pengajaran-Nya di sinagoga. Di dalam Sinagoga atau tempat ibadah orang Yahudi Tuhan membaca sebuah nas dari kitab Yesaya. Nas inilah yang kemudian diyakini sebagai visi-misi dan program hidup Yesus dalam karya-Nya. Tuhan sungguh memberi perhatian dan berpihak pada orang-orang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Orang-orang dalam kelompok inilah yang disebut sebagai kelompok lemah dan tak berdaya. Saudara-saudari kita seperti inilah yang sewajibnya mendapat perhatian lebih dari kita karena mereka inilah yang dikategorikan tak mampu berdiri tegak dengan kekuatannya sendiri.
Sahabat terkasih,
Apa yang bisa kita lakukan untuk saudara-saudari kita yang kurang beruntung? Di saat pandemi covid-19 ini kita juga harus mengarahkan perhatian terhadap kaum terdampak, terutama yang sakit dan tidak dapat bekerja. Tidak harus banyak dan besar nilainya, terpenting adalah kehendak kita untuk berbagi kasih kepada yang menderita. Bunda Theresa pernah berkata, “Jika kita tak mampu memberi makan kepada ratusan orang, berikanlah kepada satu orang.” Tuhan tak menilai besarnya perbuatan kita tetapi niat dan kehendak baik kita. Marilah kita berbagi berkah untuk menguatkan sanak saudara kita yang lemah. Berkah Dalem.
Inilah kisah Rama dan Sinta, cintanya penuh duka derita. Kita tebarkan kasih dan cinta, kepada sesama yang lemah-menderita.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)