Bacaan Markus 6:1-6
Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. (Mrk 6:2-3)
YESUS ditolak di Nazareth. Ya, Ia ditolak justru oleh orang-orang sekampung-Nya. Mengapa? Ternyata orang-orang Nazareth memiliki standar dan ukuran sendiri dalam menilai seseorang. Mereka menilai orang bukan berdasar pada kualitas atau mutu pribadinya tetapi atas dasar asal-usul dan latar belakangnya. Hanya karena Yesus anak seorang tukang kayu dan keluarganya tinggal sekampung akhirnya mereka menolak Yesus dan tak lagi menghargai Yesus. Cara berpikir seperti inilah yang ingin diluruskan oleh Tuhan.
Sahabat-sahabat pelita hati,
pelita sabda hari ini membawa kita pada satu permenungan dan pertanyaan: apakah kita juga memiliki cara berpikir seperti orang-orang Nazareth, menilai orang atas dasar penampilan luaran, asal-usul atau latar belakang keluarganya? Apakah kita pilih-pilih orang dalam berelasi dan semata-semata atas pertimbangan manusiawi? Yesus mengajak kita untuk membuang jauh-jauh pola pikir yang picik dan kerdil itu. Kita harus mengembangkan sikap hati yang jujur dalam memandang dan bersikap kepada seseorang. Bukan pertama-tama didasarkan pada penampilan luaran atau strata sosial tetapi pada mutu hidup dan kebaikannya.
Semoga kita dijauhkan dari sikap hati sempit dan picik. Sebaliknya kita dapat mengembangkan hati yang bijak dalam menjalani dan menghayati hidup. Itulah yang berkenan bagi Tuhan.
Manis jangan lekas ditelan,
pahit jangan lekas dimuntahkan.
Jauhkan angkuh dan kesombongan,
niscaya Tuhan berkenan.
dari Papua tanah terberkati,
Berkah Dalem, rm.istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)