Pelita Kehidupan

0
2,480 views

“Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.” (Mat 25, 8) 

WAKTU itu belum banyak orang desa yang mempunyai ‘lampu senter.’ Kalau mau bepergian malam hari, mereka menggunakan obor dari ‘blarak’ (daun kelapa kering yang diikat erat) atau membawa ‘oncor’, sehingga wajah sering menjadi hitam karena terkena asapnya.

‘Oncor’ itu terbuat dari bambu yang diisi minyak tanah dan ujungnya ditutup dengan kain. ‘Oncor’ akan menyala terang, karena kain yang terbakar telah diresapi dengan minyak yang ada di dalam bambu. Nyala ‘oncor’ akan semakin kecil dan kain akan menjadi debu, kalau persediaan minyak dalam bambu habis.

Pelita yang dibawa sepuluh gadis rupanya mirip dengan ‘oncor’-nya orang desa. Nyala ‘oncor’ dan pelita banyak tergantung dari persediaan minyaknya. Keduanya akan tetap bernyala terang kalau ada persediaan minyak yang cukup dan akan padam kalau persediaan minyaknya habis.

Menyala dan padamnya sebuah pelita kiranya menjadi gambaran dinamika kehidupan manusia. Ada saatnya orang hidup penuh dengan semangat, bekerja dengan tidak mengenal lelah, selalu hadir dalam banyak kegiatan lingkungan atau paroki, segala urusan dan tanggung jawab bisa dilakukan dengan cepat dan tuntas, berbicara dengan berapi-api, punya banyak ide dan gagasan kreatif, hampir setiap hari mengadakan rapat koordinasi dengan tim kerja, punya visi jelas dan target usaha yang mau dicapai. Mereka mempunyai semangat hidup yang bernyala-nyala dan berkobar-kobar serta melihat masa depan dengan optimis.

Namun demikian, mereka juga sering mengalami bahwa pelita hidupnya terasa semakin kecil dan semakin padam. Ini nampak dalam sikap lesu, tidak bergairah, nglokro, pesimis dalam banyak hal dan putus asa. Banyak tugas dan pekerjaan tertunda dan tidak selesai, undangan pertemuan diabaikan, semakin menarik diri dari berbagai kegiatan lingkungan atau paroki. Hidup sekedar hidup dan berjalan tanpa visi dan tujuan jelas, tidak ada sasaran atau target yang mau dicapai, tidak ada rencana atau program kerja. Kualitas kehidupan mereka semakin merosot, kehidupannya rohani semakin kering, kehidupan doa sudah dilupakan dan imannya pun mulai goyah.

Bagaimana kehidupanku pada saat ini: seperti pelita yang menyala terang atau pelita yang semakin padam? Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here