TANGGAL 3 Juli 2017 beberapa bruder muda anggota Kongregasi Karitas (Fratrum a Caritate/FC) mengadakan pembaharuan kaul-kaul hidup bhakti/kebiaraan.
Ini baik menjadi refleksi bagi Gereja Katolik. Maksudnya, bagi hirarki (uskup dan para imam) yang dalam tugas kepemimpinan Gereja Katolik wajib mengembangkan hidup bhakti (religius); juga sebagai bruder di samping panggilan menjadi imam dan suster.
Semua yang dipanggil Tuhan Yesus untuk hidup bhakti itu berasal dari umat katolik awam, dari keluarga-keluarga katolik (meski ada yang dari keluarga bukan katolik), dari lingkungan dan paroki. Ini berarti bahawa umat katolik awam –siapa pun orangnya– mempunyai kewajiban untuk tumbuhnya panggilan hidup bhakti; dengan dirinya sendiri yang masih muda (laki dan perempuan) untuk hidup bhakti.
Yang lelaki bisa menjadi imam atau bruder, yang perempuan menjadi suster.
Tumbuh di keluarga
Juga keluarga-keluarga katolik perlu menumbuhkan panggilan hidup bhakti. Keluarga dinyatakan sebagai seminari awal panggilan. Ini sesuai arti kata dasar ‘seminarium-seminari’ yakni ‘semen’ (kata bahasa Latin) yang berarti bibit. Orangtuadan keluarga perlu menjelaskan dan memungkinkan dari anak-anak mudanya untuk boleh melakoni hidup bhakti.
Juga dalam level lingkungan-lingkungan dan paroki-paroki.
Tentunya ini sebagai kewajiban iman katolik bahwa hirarki dan umat katolik awam (juga para bruder dan suster) untuk terus memungkinkan adanya orang muda katolik –termasuk OMK– yang terpanggil hidup bhakti. Yaitu dengan berdoa memohon panggilan hidup bhakti dan secara konkrit mempunyai program paroki, lingkungan, keluarga dan pribadi untuk memungkinkan OMK (laki dan perempuan) ada yang terpanggil mau melakoni hidup bhakti.
Semua tahu, bahwa semua imam, bruder, suster itu harus melakoni hidup tidak menikah alias selibat (tidak menikah berarti juga tidak mempunyai anak). Jadi semua imam, bruder, suster itu berasal dari umat katolik awam, keluarga-keluarga.
Mohon berpikir positif. Ini karena ada yang mulai berpikir kurang positif. Taruhlah itu, misalnya, terungkap kata-kata, wah ada romo, bruder, suster yang keluar… Maksudnya ada yang juga mengecewakan dan orang itu melemah.
Repotnya, orang-orang itu juga menyebarkan pikiran kurang positif itu kepada umat lainnya. Ini sungguh belum pas dalam mencermati kasus.
Kita perlu percaya bahwa Tuhan yang selalu setia.
Ia tetap setia, meski Tuhan banyak ‘dikhianati’. Namun, Tuhan tetap mengasihi, sesuai perintah utamanya adalah perintah kasih.
Ada orang yang melakoni hidup bhakti menjadi imam, bruder, suster. Dan itulah kekhasan Gereja Katolik.
Karena itu, marilah kita menggerakkan kembali gelora Panggilan Hidup Bhakti. Misalmya dalam satu periode Dewan Paroki misalnya tiga tahun, maka diadakan target. Ada program yang dijalankan bahwa ada tiga orang akhirnya berani masuk seminari untuk menjadi imam, tiga orang lainnya masuk menjadi bruder, tiga lainnya menjadi suster.
Begitu juga dengan lingkungan, keluarga berusaha punya target bahwa dalam tiap 5 tahun, ada seorang masungk imam, seorang masuk bruder, seorang masuk suster.
Bahwa target tercapai atau tidak, itu diserahkan kepada Tuhan. Itu karena sesungguhnya yang memanggil adalah Tuhan Yesus sendiri. Tetapi, perlu ada usaha dan program itu dilakukan. Itu karena menjadi salah satu tugas kewajiban pengutusan yang di tiap akhir misa selalu disebut oleh imam usai pemberian berkat.
Dalam melaksanakan semua ini, tentunya perlu berjejaring dan bekerja sama antar keluarga katolik, antar lingkungan umat katolik, antar paroki dan antar keuskupan.
Marilah kita mengamalkan iman katolik. Tuhan memberkati semuanya.
Ucapan selamat
Tulisan di atas mendapat respon berupa ucapan selamat atas retret bersama di Hening Griya dan atas Pembaharuan Kaul yang dilakukan para bruder.
Komunitas Novisiat Internasional di Philipine ikut berbangga atas para Bruder yang membaharui kaulnya sembari terus menunggu calon-calon muda Karitas dari Indonesia seperti di negara-negara lain di India, Papua, dan yang lain dimana banyak terjadi panggilan hidup bhakti.
Semoga para Bruder juga bersemangat dan menyentuh kaum muda kita. Terlebih dari sekolah kita sendiri di Purwokerto, Purworejo, Yogyakarta.
Mari kita hayati panggilan kita supaya semakin menarik kaum muda.
Salam hangat — Br. Damianus Wakiman FC