Pembaruan Janji Imamat  dan Misa Krisma di Palembang: Imam Harus Punya Integritas Diri (2)

0
686 views
Misa Krisma dan pembaruan janji imamat di Palembang. (Komisi Komsos KAPaL)

KETIKA terjadi perang saudara di Rwanda  antara Suku Hutsi dan Hutu di Burundi, tahun 1997, 34 frater mesti menghadapi regu tembak.

Mengapa? Karena mereka yang berasal dari dua suku ini tidak mau dipisahkan, ketika dipaksa untuk bergabung dengan suku masing-masing. Malah mereka berangkulan. Akibatnya peluru bengis menembus tubuh mereka. Mereka gugur sebagai martir yang nyata di zaman ini.

“Ini contoh integritas seorang imam. Keinginan untuk berkorban demi persekutuan menjadi contoh integritas. Inilah orang beriman yang patut dicontoh,” kata Uskup Agung KAPaL Mgr. Aloysius Sudarso SCJ mengawali rekoleksi para imam dalam rangka pembaruan janji imamat, Selasa (27/3), di Rumah Retret Giri Nugroho Palembang, Sumatera Selatan.

Setiap tahun para imam yang berkarya di Keuskupan Agung Palembang membarui janji imamat mereka dalam misa pemberkatan minyak-minyak:  minyak pengurapan orang sakit, minyak pengurapan  katekumen, dan minyak krisma.

Misa ini yang dinamakan Misa Krisma dilaksanakan hari Selasa sore sesudah Minggu Palma. Para imam dari semua paroki di keuskupan ini berbondong-bondong menuju Kota Palembang.

Kali ini Misa Krisma dilaksanakan di Paroki Hati Kudus Palembang.

Rekoleksi, Janji Setia Imamat dan Misa Krisma di Gereja St. Yosep Katedral Pontianak (1)

Integritas imam

Rekoleksi mengangkat tema “Integritas Hidup Imamat dan Religius”.

Tema ini menyinggung tentang orang-orang Farisi dan Ahli Taurat tidak punya integritas. Mengapa? Karena kemunafikan lebih menonjol dalam hidup mereka. Yang diyakini dan dilakoni itu sangat berbeda. Mereka berusaha menjadi contoh keutamaan, tetapi munafik. Mereka kurang integritas.

“Kita masuk dalam zaman imamat baru dalam diri Yesus. Tetapi kalau tidak punya integritas, pelayanan kita lip service saja. Imamat tanpa integritas bisa jadi seperti orang Farisi dan ahli Taurat,” tandas Mgr. Sudarso SCJ.

Para imam yang berkarya di sejumah paroki di Palembang berpartisipasi dalam Misa Krisma.

Lima harapan

Berkenaan dengan integritas seorang imam, Bapak Uskup mengungkapkan lima harapan umat terhadap para imam yang melayani mereka.

1. Kemurnian menjadi ungkapan integritas seorang imam

Mgr. Sudarso memberi contoh seorang ibu yang memiliki masalah biasanya lebih mudah percaya pada seorang imam, justru karena pastor bisa memandang seorang perempuan dari keindahan batinnya. Ia percaya bahwa ia dapat diterima, imam menghormati martabatnya.

“Kita yang hidup dalam selibat ini memandang perempuan dengan penuh hormat. Penampilan kita memberi rasa nyaman bagi mereka. Kita mesti terus menjalani hidup kemurnian ini dengan penuh hormat. Umat melihat imam melalui hidup selibat. Integritas kita tampak dalam cara kita menghidupi selibat itu,” kata Mgr. Sudarso SCJ.

Mgr. Sudarso mengakui ada banyak kesulitan berkenaan dengan kemurnian hidup seorang imam. Ada banyak godaan yang bisa menyebabkan seorang imam tidak murni hatinya. Karena itu, Mgr. Sudarso mengajak para imam untuk memiliki integritas yang tinggi dalam menghidupi imamat mereka.

2. Imam mesti dapat dipercaya

Menurut Mgr. Sudarso SCJ, janji seorang imam mesti bisa dipegang. Umat sering mempercayakan rahasianya kepada seorang imam. Sebagai hamba dan pelayan, imam mesti mempertahankan integritasnya dengan memegang teguh rahasia yang dipercayakan umat kepadanya.

“Gosip yang disebar oleh seorang imam menodai integritasnya dalam pelayanan. Siapa yang dipercaya dalam hal kecil, dapat dipercaya dalam hal besar,” kata Mgr. Sudarso mengutip kata-kata Yesus.

Janji imamat selalu diperbarui setiap tahun saat berlangsung Misa Krisma.

3. Imam mesti selalu mengatakan yang benar

Bapak Uskup menyitir kata-kata Yesus, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Matius 5:37).

Mgr. Sudarso  memberi alasan bahwa umat ingin seorang imam mengatakan kebenaran, meski tidak selalu diterima dengan baik.

“Mengapa? Karena kita itu merepresentasikan Gereja. Umat juga mesti ditantang untuk mengatakan yang benar. Umat mesti berkembang secara moral untuk berbicara tentang yang sebenarnya. Kebenaran itu mesti dikatakan dengan rendah hati dan cara yang komunikatif,” tandas Mgr. Sudarso SCJ.

4. Imam mesti wajar dan jujur

Umat mengharapkan seorang imam itu hidup secara konsisten. Untuk itu, seorang imam mesti menjauhkan dari sikap pilih kasih terhadap umat. Ia tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang membuat dirinya tampil secara beda.

“Ini godaan yang sering terjadi pada hidup seorang imam. Karena itu, jangan memilih-milih dalam bergaul dan tidak membeda-bedakan,” kata Mgr. Sudarso SCJ.

5. Imam mesti punya kasih

Integritas seorang imam itu tampak dalam kasihnya yang tulus terhadap orang-orang yang digembalakannya. Seorang imam mesti menjelmakan kasih Allah dalam hidup sehari-hari.

“Skandalnya adalah kita kurang memperhatikan orang-orang yang tidak terpandang,” kata Mgr.  Sudarso SCJ yang berasal dari Paroki St Maria Tugumulyo, Musi Rawas, Sumatera Selatan, ini.

Menumbuhkan integritas

Ada tiga hal yang bisa membantu  imam menumbuhkan integritas pribadi.

  • Pertama, mengenal diri dengan rendah hati. Ada imam yang tidak mengenal dirinya sendiri, sehingga melayani dengan kurang sepenuh hati. Karena itu, mesti berani mengenal diri sendiri.
  • Kedua, kemampuan untuk mendengarkan kebenaran tentang diri sendiri walau menyakitkan. Seorang imam semakin mendengar tentang diri yang sebenarnya. Hal ini membutuhkan kejujuran dari diri sendiri.
  • Ketiga, secara berkala memanfaatkan Sakramen Tobat dan bimbingan rohani. Hal ini menampakkan kerendahan hati dalam hidup seorang imam yang juga seorang manusia yang lemah.
Misa Krisma dan pembaruan janji imamat para pastor.

Kredit foto: Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here