Pemberdayaan

0
525 views
Ilustrasi - Timbangan sebagai lambang mencari keadilan. (Ist)

Renungan Harian
Jumat, 5 November 2021
Bacaan I: Rom. 15: 14-21
Injil: Luk. 16: 1-8
 
TETANGGA
persis di depan rumah saya, keluarga yang amat ramah. Setiap kali, kami saling menyapa dari halaman rumah kami masing-masing.

Saya orang baru di kota itu dan bapak itu juga baru tinggal di rumahnya yang baru. Berawal dari tegur sapa sederhana, akhirnya saya mengenal bapak tuan rumah itu..

Melihat nomor polisi mobil yang selalu beliau pakai, saya menduga bapak ini seorang pejabat pemerintah. Meski demikian, bapak itu amat ramah dan sopan serta menunjukkan hormat kepada semua orang.

Saat dia di teras atau halaman rumahnya, beliau selalu menyapa tetangga yang lewat depan rumahnya.
 
Dalam perjumpaan-perjumpaan dengan beliau, kami ngobrol hal-hal ringan, soal cuaca yang panas, kemacetan atau berita-berita seputar daerah.

Beliau tidak pernah menyinggung pekerjaannya dan saya pun tidak pernah menanyakan tentang pekerjaan beliau. Meski kami sering ngobrol, tetapi tidak menjadi tahu banyak hal.
 
Suatu ketika, beliau memberi saya sekarung beras. Beliau mengatakan bahwa baru saja panen. Panen tahun ini cukup melimpah, karena cuaca baik dan tidak ada hama yang mengganggu.

Dalam pembicaraan soal panen, beliau bercerita bahwa beliau mempunyai banyak sawah dan kebun di desa asalnya dan desa asal isterinya. Sawah dan kebun itu dibagi-bagi dalam beberapa bagian dan digarap oleh warga setempat; bahkan beliau bercerita bahwa semua sawah dan kebun itu kepemilikannya atas nama para penggarap, beliau mengungkapkan bahwa semua itu untuk pemberdayaan.

Selain sawah dan kebun beliau juga punya ternak yang lumayan banyak dan dengan cara yang sama diserahkan kepada para penggarap. Setiap kali, beliau menerima bagian panen dan hasil penjualan ternak.

Saya pikir bapak ini pejabat yang luar biasa, karena cara pandangnya amat mengesankan berkaitan dengan pemberdayaan petani dan peternak.
 
Suatu waktu beliau datang meminta izin untuk menitipkan beberapa mobil di halaman kami, kami tentu tidak keberatan atas permintaan beliau.

Namun kemudian saya keberatan dan menolak halus, karena beliau meminta saya agar mengakui bahwa semua kendaraan itu milik saya.

Untunglah beliau mengerti alasan saya bahwa seorang pastor tidak mungkin memiliki mobil pribadi. Akhirnya beliau bercerita bahwa semua kendaraan itu dititipkan ke beberapa karyawannya.
 
Beberapa bulan kemudian saya mendengar dan membaca berita bahwa beliau ditangkap KPK karena beliau dan atasannya dituduh korupsi. Sejauh saya dengar pimpinan dan beliau dijatuhi hukuman kurungan dan sita harta.

Namun demikian tampaknya hanya beberapa harta beliau yang disita sedangkan banyak harta yang tidak disita, karena tidak diketahui sebagai milik beliau.

“Wah hebat juga strategi bapak itu,” kataku dalam hati.

Nampaknya beliau sudah tahu bahwa suatu saat akan ditangkap KPK, maka beliau sudah mempersiapkan diri seandainya saat itu terjadi dan dirinya dihukum setelah menjalani masa hukuman beliau dan keluarganya masih mempunyai banyak harta untuk kehidupan selanjutnya.

Usaha yang luar biasa dan dipersiapkan dengan amat rapi.
 
Kiranya hal seperti itu yang dikatakan Yesus sejauh diwartakan dalam Injil Lukas: “Karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”
 
Bagaimana dengan aku?

Dengan cara apakah aku akan menyelamatkan diriku saat aku tahu bahwa pengadilan Tuhan pasti akan terjadi?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here