Sabtu 30 September 2023.
- Za. 2:1-5,10-11a;
- MT Yer. 31:10,11-12ab,13;
- Luk. 9:43b-45.
DAMPAK dari terjadinya kesalahan berkomunikasi, khususnya dalam hidup bersama bisa sangat fatal.
Karena komunikasi seringkali memegang peran sangat penting dalam menjaga kekompakan kelompok.
Komunikasi hakikatnya adalah suatu kegiatan, proses, yang melibatkan seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat yang menciptakan dan menggunakan informasi agar bisa tetap terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
Semakin intensif sebuah komunikasi semakin bisa menghindari kesalahpahaman dan gerak mencapai tujuan bisa berjalan lancar.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.”
Dalam Injil hari ini, dikisahkan bahwa para murid tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus.
Mereka tidak mengerti ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.
Mereka tidak percaya bahwa Yesus akan menderita dan mati di kayu salib. Namun, apa yang dikatakan Yesus pasti akan terjadi.
Pikiran para murid bukanlah pikiran Yesus. Pilihan Yesus bukanlah pilihan para murid. Jalan Yesus, bukan jalan yang dipilih oleh para murid.
Mereka sulit memahami kata-kata Yesus karena mereka bersikukuh dengan pikiran mereka sendiri.
Komunikasi menjadi macet ketika hati tidak terbuka dan hanya mau mendengar kebenaran dan paham sendiri.
Bagi sebagian pengikut Kristus ungkapan “pikul salib dan ikut Tuhan” sering kali tidak dipahami dengan mendalam.
Di jaman Yesus, salib adalah simbol bagi kematian. Ketika seseorang memikul salib, dia sudah ditentukan untuk mati di sana.
Yesus menyatakan untuk menjadi pengikut-Nya, seseorang harus bersedia mati. Kematian seperti apa yang Tuhan Yesus minta saat ini kepada kita?
Yesus minta kita untuk berani melibatkan diri dalam penderitaan sesama yang diawali dengan kematian diri sendiri terhadap keinginan daging.
Mematikan keinginan daging itu menyakitkan dan melawan seluruh keinginan alami seseorang dalam mencari kesenangan diri.
Tapi, kita tidak bisa mengikuti Yesus dan keinginan daging secara bersamaan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mengaburkan informasi demi kepentingan diri sendiri?