PERESMIAN dan pemberkatan Kampus III Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo selaku Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya. Ketika memimpin perayaan ekaristi syukur atas selesainya projek pembangunan tahap pertama di Kampus III Unika Atma Jaya ini, Mgr. Suharyo berdiri di altar bersama sejumlah imam.
Duduk di barisan depan adalah para anggota Yayasan Atma Jaya, para mantan rektor, dan undangan penting lainnya.
‘Untuk Tuhan dan untuk Tanahair’
Mgr. Suharyo dalam homilinya menyampaikan rasa syukur dan memberi arah perkembangan Atma Jaya yang selaras dengan cita-cita luhur para pendirinya yaitu “Untuk Tuhan dan untuk Tanahair.”
Di awal paparan homilinya, Uskup kelahiran Sedayu, 9 Juli 1950 ini menyatakan dia akan menggunakan rumusan sama dengan upacara peresmian gedung-gedung katolik lainnya. Mengulang lagi rumusan yang sama, justru karena repetisi ini penting.
Mgr. Suharyo memulai dengan sebuah pertanyaan: “Mengapa peresmian Kampus III UAJ dilakukan dengan menggelar perayaan ekaristi?”
Pertanyaan ini lalu dijawabnya langsung. “Ini sebagai rasa syukur ungkapan keyakinan iman bahwa berdirinya kampus ini dan perjalanan selanjutnya adalah karya agung Tuhan.”
Baca juga: Mgr. Ignatius Suharyo Berkati Kampus III Atma Jaya yang Baru di BSD City (1)
Uskup yang memilih motto Serviens Domino cum Omni Humilitate (Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati) ini mengungkapkan rasa sukacita dan bersyukur atas selesainya pembangunan tahap pertama Kampus III Atma Jaya. Uskup yang menyandang gelar guru besar bidang teologi alkitabiah ini mendoakan agar tahap baru dalam sejarah Atma Jaya ini selalu di bawah lindungan Tuhan.
Monsinyur sangat mengapresiasi banyaknya pribadi yang telah memikirkan Atma Jaya selama ini. Dan salah satu wujud kepedulian tersebut adalah telah berdirinya kampus baru ini.
Uskup yang juga merangkap Ketua Konferensi Waligereja Indonesia ini mengajak semua pihak untuk terus lanjut berkorban dalam merawat karya luhur ini. Caranya, dengan bekerjasama ‘untuk Tuhan dan untuk Tanahair’ sesuai cita-cita para pendiri Unika Atma Jaya.
Atma Jaya dalam sejarah KAJ
Mgr. Suharyo lalu mengaitkan sejarah Unika Atma Jaya dengan sejarah berdirinya Keuskupan Agung Jakarta 210 tahun lampau. Uskup Agung KAJ sejak 28 Juni 2010 ini mengajak umat sejenak membayangkan Jakarta kurun waktu 210 tahun lalu.
“Para perintis dari Eropa telah rela naik kapal selama berbulan-bulan lamanya ke Jakarta yang waktu itu dikenal dengan nama Batavia. Banyak dari para misionaris muda ini malah meninggal setibanya di Jakarta lantaran terkena wabah penyakit saat itu,” jelas Mgr. Suharyo.
“Para misionaris yang muda-muda itu tentunya tidak pernah disambut panitia yang berseragam bagus seperti hari ini,” gurau Monsinyur Suharyo yang langsung disambut gelak tawa.
Maka dari itu, untuk merayakan HUT ke-210 tahun KAJ ini, segenap umat katolik ingin dia ajak memaknai sejarah panjang karya misi ini dengan bersyukur. Caranya adalah berkontribusi dan berpartisipasi memikul tanggungjawab perjalanan sejarah. Hal yang sama berlaku untuk para pengampu Unika Atma Jaya yang kini telah berusia 57 tahun.
Konsistensi menjaga idealisme
Keberadaan Atma Jaya ini terjadi karena ada idealisme yang tidak goyah dari pribadi-pribadi yang terlibat merawat dan mengembangkannya sehingga menjadi ‘atma’ alias jiwa yang senantiasa berjaya. Itulah filosofi di balik nama Atma Jaya.
Karena itu, semua pihak terutama civitas academica dipanggil ‘menanggung’ dan merawat sejarah ini.
Menurut Mgr. Suharyo, pemilihan tanggal peresmian yakni 25 Juli ini bertepatan dengan Pesta Santo Yakobus Rasul dan Martir. Ini terjadi, tentulah karena penyelenggaraan Ilahi.
“Ini merupakan pesan Tuhan agar keluarga besar Atma Jaya rela meneladani, merawat, mengembangkan cita-cita awam di bidang pelayanan pendidikan perguruan tinggi dan rumah sakit. Sekali lagi, semua itu ‘Untuk Tuhan dan untuk Tanah air,” jelas Uskup yang merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara ini dimana terdapat dua pastor dan dua suster.
Mewakili KAJ, Mgr. Suharyo mengucapkan terima kasih kepada Atma Jaya atas kehadirannya melakukan karya pelayanan pendidikan dan kesehatan yang nyata di tlatah Keuskupan Agung Jakarta.
Mgr. Suharyo mengulangi ajakannya agar semboyan Atma Jaya selalu dijalani dengan teguh: “Untuk Tuhan dan untuk Tanahair.” (Bersambung)
Kredit foto: Mathias Hariyadi (Sesawi.Net)