APA tandanya orang sehat? Orang sehat itu tidak merasakan gangguan apapun dalam tubuhnya. Saking tak terasanya ia perhatiannya tercurah untuk beraktivitas. Penuh energi, lincah, mengerjakan ini itu.
Sebaliknya, orang sakit pastilah loyo, lemas, tidak bersemangat. Semua serba salah. Ini salah itu salah. Badan terasa sakit, dan gangguan sekecil apa pun terasa begitu menyakitkan.
Memang tubuh punya kebijaksaan sendiri. Seperti ada sinyal sinyal yang biasanya memberi tahu, manakala sehat ataupun sakit.
Saat sehat adalah saat bekerja dan berkreasi, saat sakit adalah saat beristirahat, hibernasi dan rekuperasi.
Sayangnya tidak selalu orang sensitif terhadap sinyal itu. Loyo lemas, sering diabaikan karena keasyikan dalam mengerjakan sesuatu. Tanpa disadari tubuh dipaksa untuk beraktivitas, dan akibatnya ambruklah dia.
Orang butuh alat untuk membantu kita mendeteksi sinyal-sinyal gangguan itu. Di dunia kesehatan, stetoskop, termometer dan rontgen, mungkin adalah perangkat pendeteksi gangguan kesehatan.
Dalam General Checkup biasanya semua alat dipakai untuk mendeteksi gangguan sekecil apapun. Semakin banyak yang dicek, semakin baik karena memberi petunjuk terapi atau pengobatan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi gangguan.
Di dunia kerohanian, pemeriksaan batin atau examen conscientiae adalah salah satu alat ampuh pendeteksi sinyal-sinyal gangguan kerohanian. Ibarat General Checkup, pemeriksaan batin dimaksudkan untuk mendeteksi gangguan sekecil apapun yang bisa mengganggu hidup rohani orang.
Yang dibutuhkan untuk beroperasinya alat ini adalah waktu dan kesadaran. Lamanya antara 15 menit sampai 30 menit, suka-suka. Dianjurkan tengah hari atau malam di penghujung hari.
Tempatnya bebas, bisa dimanapun, tidak peduli situasi ramai ataupun sepi. Yang terpenting adalah mengoperasikan kesadaran kita untuk mendedikasikan waktu untuk menyadari seluruh aktivitas dan perjalanan selama separuh atau seluruh hari. Yang disadari bukan hanya apa yang dikerjakan di luar, tapi juga seluruh gerak-gerak di dalam diri. Motivasi, perasaan-perasaan yang muncul, sedih, gembira, sedang-sedang saja (sedang cenderung sedih atau sedang cenderung gembira) sama seperti mendeteksi panas, dingin, hangat atau semriwing. Semua disadari dalam kekayaannya.
Semua gerak-gerik dalam diri itulah sinyal yang mau ditangkap. Kalau gembira mengapa, kalau sedih karena apa. Sering orang menjadi gembira tanpa sebab yang jelas karena kesadaran akan perkara-perkara sederhana yang cukup membuat hidupnya gembira. Nah, kegembiraan itu biasanya dari roh yang baik. Ia lembut hingga hampir-hampir tak terasa, tapi menggembirakan, membuat hidup ringan dan penuh syukur tanpa mampu dijelaskan alasannya.
Sebaliknya, ada sinyal yang kadang cenderung sedih, membuat hidup agak gelap, muram, jengkel dan dibuat sebal oleh hal-hal yang tampak sepele. Suasana batin ‘senggol bacok’ kata anak muda yang sedang tidak ‘mood’ dan tak mau diganggu atau yang menyenggol siap siap dilabrak. Nah, sinyal itu dari si jahat karena membuat hidup menjauh dari rasa syukur atas penyelenggaraan Sang Pemberi Hidup.
Saat pemeriksaan batin ini, sah sah saja jika orang jadi tertawa atau tersenyum sendiri karena geli. Atau menangis sesenggukan karena sebal, marah ataupun sedih.
Yang terpenting adalah sesudahnya.
Seperti halnya dalam General Checkup kesehatan ada diagnosis, demikian halnya dalam pemeriksaan batin ada kesimpulan. Setelah mendapatkan seluruh gerak dan sinyal beserta kekayaan rasa yang sering kali mengharu biru, bawalah semua dan letakkanlah di hadirat Tuhan Sang Pencipta dan Penyelenggara.
Sekali lagi tempat tidak terlalu relevan di tempat tenang atau ramai. Bukankah Tuhan hadir dan ada dimana mana?
Ngobrollah sebentar dengan Tuhan dalam doa singkat, mungkin sekedar bertanya apa maunya Tuhan dengan pengalaman dan gerak-gerak batin separuh atau sepanjang hari itu. Atau mohon ampun atas kesalahan, kelalaian, kedengkian. Atau sekedar berterima kasih dan bersyukur atas gembira batin.
Bungkuslah pemeriksaan batin dengan mohon berkat Tuhan supaya hidup menjadi lebih baik dan lebih menjadi perpanjangan tangan-Nya. Selanjutnya, tutuplah dengan doa Bapa Kami.
Sederhana dan mudah bukan?