Kamis 14 Desember 2023.
- Yes. 41:13-20.
- Mzm. 145:9,10-11,12-13ab.
- Mat. 11:11-15.
DALAM kehidupan bersama selalu ada yang menjadi pemimpin. Dan ternyata kedudukan seseorang pemimpin semakin lama menjadi perhatian dan menjadi percakapan yang hangat, berkaitan dengan perilaku dan kebijaksanaannya.
Ada pemahaman bahwa menjadi pemimpin itu berarti menjadi orang yang terhormat yang memiliki kekuasaan dan pasti dikenal. Ketika mendefinisikan seperti itu, kita tidak bisa melupakan bahwa menjadi pemimpin itu berarti mempunyai tanggungjawab yang lebih berat dan mempunyai tugas yang tingkat kesulitannya juga lebih tinggi.
Sebab, kepemimpinan berkaitan dengan kebijakan atau keputusan yang menyangkut hidup lebih banyak orang.
Menjadi orang terkemuka itu berarti tidak lari ketika menghadapi tantangan dan juga tidak mencari kambinghitam ketika ada persoalan. Sebab, kita tahu bahwa itu adalah konsekuensi dari posisi yang kita jalani.
“Saya merasa terjepit saat ini, karena merasa tidak dipercaya oleh warga dan pengurus gereja lainnya,” kata seorang ketua lingkungan.
“Dulu saya berpikir, dengan aktif berkegiatan menggereja saya bisa belajar banyak tentang kasih dan damai,” lanjutnya. “Namun nyatanya situasinya kadang malah lebih buruk dari organisasi di luar gereja,” ujarnya.
“Banyak orang yang mudah tersinggung, mudah ngambek, mau menang sendiri, dan sering asal aktif hingga kelihatannya sibuk namun tidak jelas maksud dan tujuannya,” sambungnya.
“Semangat pelayanan jauh dari hidup kami,” tegasnya. “Mestinya kehadiran kita di Gereja haruslah bersemangat pelayanan,” lanjutnya.
“Melayani dan menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan atau hamba. Jika kita mau menjadi pekerja atau hamba mestinya kita melakukan tugas kita tanpa disertai dengan ambisi dan kepentingan diri sendiri,” katanya.
“Saya dijepit oleh banyaknya kepentingan yang mendasari orang-orang yang tidak tulus melayani di Gereja,” imbuhnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari padanya.”
Tuhan Yesus mengingatkan bahwa sikap dan semangat pelayanan serta kerendahan hati Yohanes Pembaptis menjadikan dia menjadi pemimpin yang paling besar dalam sejarah kehidupan ini.
Yesus menunjukkan bahwa dalam Kerajaan Allah seorang pemimpin tidaklah bersikap seperti pemimpin yang ada di dunia ini, yang menggunakan kuasa serta otoritas yang ada padanya untuk kepentingan pribadinya. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, pemimpin berarti memandang orang lain sebagai saudara yang ada untuk dilayani bukan untuk ditindas.
Pemimpin yang melayani dan yang memberikan dirinya untuk kesejahteraan orang lain adalah pemimpin yang diinginkan oleh Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mempunyai sikap rendah hati dalam melayani Tuhan dan sesama?