Puncta 19 Agustus 2024
Senin Biasa XX
Matius 19: 16-22
KETIKA masih muda Fransiskus hidup dalam kelimpahan dan kekayaan. Ayahnya adalah seorang bangsawan dan pedagang kain yang kaya di Asissi.
Ia digadang-gadang menjadi pewaris kekayaan ayahnya. Dia anak dari Pietro de Bernardone dei Moriconi dan Pica de Bourlemont.
Lahir dari keluarga yang kaya raya membentuk Fransiskus menjadi seorang pribadi yang suka berfoya-foya dan selalu mencari kesenangan bersama teman-temannya.
Namun pada suatu saat, dia merasakan panggilan Tuhan yang datang melalui orang-orang miskin, pengemis, orang kusta, dan orang-orang sederhana.
Ia meninggalkan segala kemewahan dan gelimangnya harta dan menjadi pengemis hina. Ia ingin mengikuti Yesus yang miskin dan hidup hanya untuk Tuhan.
Beda dengan semangat orang muda yang punya idealisme tinggi ingin hidup baik. Ia bertanya pada Yesus, “Guru perbuatan baik apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup kekal?”
Pemuda ini baik, punya niat dan cita-cita yang baik. Ia menjawab bahwa semua hukum Taurat sudah dilaksanakan.
Dia berkata, “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Dia orang yang saleh, baik dan taat hukum.
Namun ketika Yesus berkata, “Jika engkau ingin menjadi sempurna, pergi dan juallah semua yang kaumiliki dan sedekahkan uangnya kepada orang miskin, maka engkau akan mendapat harta di surga.”
Disinilah persoalannya. Pemuda kaya itu mempunyai kelekatan terhadap harta kekayaannya. Ia lebih memilih harta dunia daripada mempunyai Tuhan sebagai pemilik harta kekayaan yang sempurna.
Ia menyayangkan hartanya dan tidak mau berbagi untuk sesamanya.
Maka ketika Yesus berkata, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Orang muda itu pergi dengan sedih karena hartanya banyak.
Harta itu hanyalah titipan dari Tuhan. Tidak akan dibawa mati. Tidak ada gunanya harta melimpah, jika tidak kita gunakan untuk kebaikan dan kesejahteraan sesama.
Pergi ke Pasar Ngadirojo beli manga,
Ternyata hanya dapat papaya muda.
Kumpulkanlah harta kekayaan di surga,
Dengan kebaikan dan berbagi untuk sesama.
Wonogiri, lekat harta, hidup tak bahagia
Rm. A. Joko Purwanto, Pr