Pemulung

0
643 views
Ilustrasi - Pemulung

Renungan Harian
Kamis, 11 Agustus 2022
PW. St. Clara.
Bacaan I: Yeh. 12: 1-12
Injil: Mat. 18: 21-19: 1
 
SUATU sore, saat saya sedang olah raga jalan kaki, saya melihat kerumunan dan teriakan orang-orang kampung. Dari jauh kedengaran: “maling, maling”.

Ketika mendekat, saya melihat seorang bapak tua membawa karung sedang diinterogasi warga. Saya mendengar bahwa warga menuduh pemulung itu mencuri barang-barang warga.

Pemulung itu mati-matian mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengambil barang milik warga; ia hanya memungut barang-barang bekas.

Warga semakin ngotot menuntut pengakuan pemulung itu, sementara pemulung tetap bertahan pada pendapatnya bahwa dirinya tidak pernah mengambil barang milik warga.

Situasi cukup berbahaya, kalau dibiarkan karena emosi warga semakin tinggi. Maka saya meminta pak RT agar pemulung itu ditolong dibawa ke rumah pak RT.
 
Pak RT mengajak saya untuk ikut menanyai pemulung itu. Pak RT meminta warga yang kehilangan menjelaskan barang apa yang hilang dan apakah melihat pemulung itu mengambil barangnya.

Warga itu menjelaskan bahwa dirinya kehilang dua buah roda sepeda mini kepunyaan anaknya. Warga itu tidak melihat pemulung itu mengambil, tetapi melihat pemulung itu keluar dari halaman rumahnya.

Kemudian Pak RT minta pemulung itu mengeluarkan semua barang di karung miliknya. Pemulung itu mengeluarkan semua barang dari karungnya dan tidak ada barang yang dimaksud.

Pemulung itu menjelaskan bahwa dia memungut dus-dus bekas dan plastik-plastik bekas; dia tidak mengambil logam.
 
Saat pemulung itu menjelaskan warga di depan rumah Pak RT teriak-teriak bahwa pemulung itu bohong. Warga amat kesal karena banyak warga kehilangan barang-barang yang diduga diambil oleh pemulung.

Tidak berapa lama, muncul anak muda, anak ibu yang kehilangan dua roda sepeda yang menceritakan bahwa dia yang mengambil roda sepeda dan dibawa ke bengkel. Dia membawa roda sepeda saat ibunya sedang pergi ke warung.

Mendengar itu Pak RT menjelaskan pada warga bahwa pemulung itu tidak terbukti mengambil barang. Pak RT melarang pemulung masuk ke halaman rumah warga. Kemudian Pak RT meminta warga untuk membubarkan diri.
 
Saya yang ada di situ meminta maaf pada pemulung itu, karena telah ikut menuduh pemulung itu mencuri.

“Tidak apa-apa pak. Saya memang kaget dan sedih, karena dituduh mencuri padahal seumur hidup saya, meskipun susah tetap berusaha hidup baik dan mencari rezeki yang halal.

Saya tidak marah ke bapak dan warga; seandainya saya jadi warga, saya pasti juga akan berlaku sama. Saya minta maaf pak sudah menyusahkan bapak. Saya memang bukan orang saleh, tetapi saya tidak akan mengambil barang yang bukan hak saya.”
 
Saya kagum dengan pemulung itu. Dalam kesederhanaan, tetapi mempunyai hati yang dalam.

Ia mampu dengan tulus memaafkan kami yang telah menuduh dan mempermalukan dirinya. Ia memberi teladan pada saya untuk mempunyai hati yang lembut penuh kasih.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here