SEORANG pendamping harus menempatkan dirinya sebagai kawan dalam perjalanan menuju pribadi yang dewasa. Kawan berarti ikut terlibat dan merasakan suka duka hidup kaum muda di mana pun berada.
“Pendamping juga harus mampu untuk menjalin relasi dan kerja sama dengan kaum muda, sehingga membentuk rasa kebersamaan dan persaudaraan,”ujar RD Tino Tiara dari Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Ende di Aula Seminari Tinggi Santo petrus Ritapiret, Maumere, Flores, NTT, Selasa, 12 Januari 2016.
Tino yang berbicara di hadapan 31 frater tingkat empat dalam pelatihan bagi para trainer (Training for Trainer – TFT) ini juga menyebut, para frater yang bakal mendampingi kaum muda harus memiliki kemampuan lebih dalam menggerakkan kaum muda sehingga mampu mengeksplorasi diri.
Menurut Tino, pendamping yang baik akan terlihat dan berbakat dalam menyapa dan mengenal kaum muda secara lebih dekat. “Para pendamping itu menjalankan fungsinya yang khas dengan mengisi, mengarahkan dan memberi bobot pendampingan pada kegiatan-kegiatan kelompok, dan bukan mengambil alih fungsi teknis organisatoris yang menjadi tugas penggerak/pengurus kelompok sendiri.
“Dengan demikian, para pendamping tetap memberi kelonggaran kepada kaum muda dan anggotanya untuk tetap menggerakkan organisasi dan memberi kebebasan untuk berkreasi,”ujar RD. Tino Tiara.
Sebagai Frater TOP (Tahun Orientasi Pastoral), RD Tino menyebut bahwa para frater tidak terlepas pisah dari orang muda Katolik. “Jadi sebagai frater, teman-teman harus menjadi pendamping yang mampu memberikan semangat bagi orang muda,”ujar RD. Tino Tiara saat renungan singkat ibadat pembukaan.
Selain RD Tino, pemberi materi lainnya adalah RD Is Mite, RD Sony Lulu serta ketiga saudari OMK (Orang Muda Katolik) dari Keuskupan Agung Ende. Kegiatan yang berlangsung dari 12-15 Januari ini mengambil tema “Dalam Suka Cita Inji; Keluar dan Temukan OMK yang Hilang”.