Bacaan 1: 1Yoh. 2:12-17
Injil: Luk 2:36-40
PENGENALAN iman Kristus penting untuk dimulai sejak dini dan dilakukan secara bertahap. Katekese berjenjang dan berkesinambungan.
Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam pertemuan Komisi Kateketik Regio Jawa yang diselenggarakan di Keuskupan Bogor tahun 2015 lalu.
Katekese bukanlah pilihan, bukan pula tawaran, melainkan sebuah tanggungjawab iman yang diterima semenjak baptisan.
Jadi seorang yang telah dibaptis selain memiliki hak pendampingan iman, ia juga dipanggil dan diutus mendampingi saudara seimannya.
Banyak orang katolik pindah agama sebelum ia mengenal betul iman katoliknya.
Ini menunjukkan kerapuhan iman seseorang sekaligus juga perlu adanya perbaikan dalam pendampingan iman oleh gereja.
Kurangnya pendidikan iman menjadi faktor utama, baik di dalam keluarga, sekolah maupun paroki.
Jadi keluarga merupakan sekolah iman yang utama. Orang tua harus memberikan pendidikan sekaligus pendampingan iman katolik kepada anak-anaknya sejak usia dini.
Hal inilah yang dilakukan Yusuf dan Maria kepada Yesus.
Teladan “Keluarga Kudus” dalam memberikan pendidikan dan pendampingan iman perlu dicontoh.
Setiap anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah (Bil 18:15).
Maka saat genap pentahiran-Nya menurut Hukum Musa, Yusuf dan Maria membawa-Nya ke Yerusalem untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Inilah bukti pengenalan dan pendampingan “Keluarga Kudus” kepada Yesus kecil.
Mereka merawat Yesus, hingga Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Sebagai pendampingan iman kepada jemaat di Asia Kecil yang sedang mengalami gangguan karena iman Kristus, Yohanes Penginjil memberikan peneguhan.
Dalam suratnya, Yohanes meminta agar mereka tetap teguh dalam iman meski mendapatkan godaan dan gangguan duniawi.
Jika memilih godaan duniawi, maka jemaat tidak lagi berada dalam persekutuan dengan Allah Bapa.
Pesan hari ini
Orangtua harus berkatekese dan melakukan pendampingan iman katolik kepada anak-anak secara berjenjang dan berkesinambungan.
Pendampingan iman bisa dimulai dari keluarga, lalu sekolah dan paroki.
“Keluarga adalah tempat pertama di mana nilai-nilai kasih, persaudaraan, kebersamaan, dan saling berbagi, diamalkan dan diturunkan. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”