Pendampingan Pastoral Care bagi Pasien (5)

0
220 views
Ilustrasi: Yesus menyembuhkan orang-orang sakit by Rembrandt, 1606–1669.

PASTORAL (adjective) berarti kegembalaan. Kata ini berasal dari “pastor” (kata benda) yang berarti gembala. Tujuan pastoral adalah untuk membentuk dan mendampingi orang dalam penghayatan imannya.

Care dalam bahasa Inggris kaya makna yang bukan hanya sekedar merawat, tetapi juga memperhatikan, mengasuh dan mengurus serta membantu pasien. Dilakukan agar bisa berkembang serta dapat mengaktualkan dirinya sendiri sehingga bisa mandiri.

Pendampingan pastoral care adalah sebuah tindakan manusia dalam menemani sesamanya, karena kesadaran akan besarnya kasih Kristus yang telah dihayatinya dalam kehidupan. Pendampingan pastoral adalah sebuah aksi sadar yang melampaui kecenderungan naluriah kita sebagai manusia (Wijayatsih, hlm. 2012).

Menurut Wiryasaputra (2016), pendampingan pastoral care adalah proses perjumpaan timbal-balik (mutual encountering process) antara kedua belah pihak, pendampingan pastoral dan orang yang sakit. Pelayanan pastoral care ini secara khusus mendampingi dan menemani pasien selama tinggal di rumah sakit.

Tujuan pendampingan pastoral adalah mendampingi pasien maupun keluarganya dari segi spiritual dalam proses penyembuhan secara utuh (holistik).

Kebutuhan para pasien

Kebutuhan holistik orang sakit antara lain bersifat:

  • Fisik: butuh istirahat, obat, diet tertentu.
  • Mental kekuatan mental dalam mengatasi penderitaan.
  • Sosial: butuh kehadiran orang lain sebagai teman yang dapat diajak berbagi rasa.
  • Rohani: butuh peneguhan keyakinan akan kasih setia Tuhan atas dirinya.

Penelitian Rosalinda (2013) tentang pengaruh pastoral care terhadap tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi menyatakan, pastoral care merupakan pelayanan yang mempunyai tujuan akhir. Yakni, agar setiap orang memperoleh kedamaian, ketenteraman, ketenangan, serta memperoleh harapan untuk pasrah kepada yang ilahi (Susan Sulivan, 2011).

Dalam kenyataannya di Indonesia, bidang layanan ini sering kurang mendapatkan perhatian memadai. Orang yang sering ditugaskan untuk pastoral care adalah para “tenaga sisa”. Misalnya para suster (biarawati) yang sudah tua dan tidak bisa berkerja di tempat lain, maka lalu sengaja ditempatkan d isitu.

Padahal, pastoral care termasuk inti dari pelayanan rumah sakit khas Katolik (Kusmaryanto, 2016). Pelayanan kesehatan rumah sakit perlu memperhatikan kebutuhan pasien secara utuh. Yaitu, medis, mental, spiritual.

Ilustrasi – bed rumah sakit. (Ist)

Mengacu pada pasal 1, ayat 1, ketentuan umum UU No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Petugas pastoral care mempunyai tugas memberikan pelayanan dengan memberikan bimbingan mental-spiritual (Riyadi, 2018).

Pendampingan spiritual dapat diberikan pada semua pasien yang membutuhkan khususnya pada pasien dalam kondisi terminal atau pun pada pasien yang menghadapi kondisi krisis. Kondisi pasien di intensive care unit yang mengalami gangguan fisik akan mempengaruhi kondisi psikis, sosial, dan spiritual. Umumnya, mereka merasa ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan kematian dan ancaman terhadap integritas (Ristianingsih, 2014).

Hal ini disebabkan, karena pasien tidak hanya cukup disembuhkan melalui obat-obatan yang diberikan. Namun, pendampingan secara psikis dan sosial juga sangat diperlukan pasien.

Para petugas diharapkan bisa menciptakan rasa nyaman bagi pasien agar bisa menerima informasi yang disampaikkan; tidak hanya sekadar menjalankan tugasnya. Pada saat seperti inilah pasien perlu mendapatkan dukungan dan semangat dari orang-orang disekitarnya (Andyanti MD, 2018).

Dalam pastoral care, pendamping harus mampu menyembuhkan pasien secara holistik. Maksudnya, secara sosio, biopsiko, spirit, sosio, dan bio. Juga diharapkan  mengetahui secara pasti kondisi kesehatan pasien.

  • Psiko: melihat kebutuhan pasien secara psikologis dan mental.
  • Spirit: memenuhi kebutuhan spiritual pasien terlebih dalam pengembangan hidup rohani.
  • Sosio: membantu pasien dalam kesulitan ekonomi dan bersama-sama mencari solusi yang pada akhirnya tidak saling memberatkan.

Dasar pelayanan berdasarkan pandangan filosofis berprinsip seperti berikut. Yakni, manusia dapat dipahami secara holistik. Itu karena manusia memiliki empat dimensi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Manusia adalah makluk biologis, psikologis, sosial, juga spiritual. Manusia sebagai makhluk biologis bertumbuh dalam dalam satu sistem yang dinamis; dari lahir hingga dewasa. Dalam pertumbuhan ini pasti membutuhkan pangan, sandang dan papan serta kesehatan agar bertumbuh dengan wajar.

Ketika manusia jatuh sakit, pasti ada salah satu dimensi yang akan mengalami masalah atau sakit. Sehingga menyebabkan dimensi yang lain terganggu atau tidak seimbang.

Beberapa studi mengatakan ada penyakit yang muncul akibat tekanan atau ketegangan pada psikologi, sosial atau spiritual.

Menurut pandangan teologis, manusia sebagai makhluk spiritual. Artinya, manusia memiliki potensi membangun relasi dengan Tuhan dan memiliki martabat paling tinggi dari semua ciptaan Tuhan.

Pelayanan pastoral care membela martabat manusia. Dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai ilahi dalam pelayanan. Juga memotivasi mampu memaknai peristiwa sakit.

Ilustrasi: (Ist)

Menentang

  • Pelayanan pastoral care sekaligus menentang dipersosialisasi. Yang mengabaikan nilai kemanusiaan pada seorang yang menderita sakit dengan memperlakukannya sebagai objek atau benda.
  • Pastoral care juga menentang bahaya manipulasi bioteknologi yaitu rekayasa teknologi yang merusak harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan (Bons-Strom 2003).

Pelayanan pastoral care adalah pelayanan rohani yang diberikan untuk semua orang, pelayanan psiko-spritual dan pelayanan kasih. Pelayanan spritual yang dimaksudkan adalah identik dengan pelayanan rohani kepada pasien.

Hal ini menjadi penting, karena pasien akan dibantu dengan adanya perhatian (atention), dukungan (sustaining), perdamai (reconciling), bimbingan (guiding), penyembuhan luka batin (inner healing), serta doa (praying).

Apabila pasien terlayani aspek rohaninya, maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan berdampak positif untuk menjalani operasi dan pengobatan (Ule Rosalinda, 2014).

Tujuan pendampingan

Menurut Indriswari (2009), peran spiritual yang dapat dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan spiritual adalah menjadi sosok seorang motivator, fasilitator, dan katalisator.

Tujuan pendampingan spiritual pada pasien adalah memfasilitasi pasien menemukan pemulihan secara holistik, memfasilitasi terjadinya pendamaian, penguatan, penopangan dan pembimbingan kepada pasien.

Pelayanan pastoral care memiliki fungsi yang berguna bagi spiritual pasien. Sikap dan reaksi setiap orang berbeda dalam memahami sakit atau menerima kedukaan. Reaksi ini dipengaruhi oleh budaya, keadaan, dan kepribadian seseorang. Oleh karena itu pelayanan kesehatan dalam melakukan pastoral care menerapkan beberapa fungsi (Wiryasaputra, 2006):

  1. Menyembuhkan perasaan yang terluka karena pengalaman traumatik atau perasaan sakit. Sehingga menjadi beban batin yang berat. karena sakit fisik atau psikologis yang bisa menyebabkan psikosomatis.
  2. Menopang mereka yang lunglai karena sakit, tidak tersembuhkan atau menjelang kematian. Umumnya mereka yang mengalami sakit berat sulit diajak bicara. Oleh karena itu, konseling yang diberikan adalah sentuhan manusiawi atau kata-kata singkat. Namun tepat dan bermanfaat serta bisa membantu pasien agar tabah dan berpasrah.
  3. Membimbing pasien atau keluarganya dalam mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya. Petugas kesehatan bersama pasien menganalisis beberapa alternatif. Namun pasien atau keluarga memutuskan alternatif yang diambil.
  4. Memperbaiki hubungan dengan orang lain yang mungkin pernah retak dan membebani perasaan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus peka sehingga dapat mengurangi ketegangan hidup yang dialami oleh pasien.
  5. Mengasuh pasien agar tetap terus berkembang menjadi lebih dewasa untuk menghadapi masalah hidupnya.

Peran pendampingan spiritual sebenarnya merupakan kompetensi dari profesi keperawatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara holistik meliputi biologi, psikologis, dan spiritual.

Dengan adanya pendampingan spiritual, pasien lansia akan mendapatkan motivasi kesembuhan. Berkat adanya dorongan yang dilakukan dengan memberikan kata-kata yang menguatkan dan doa yang dilakukan oleh petugas pastoral.

Sekalipun kesembuhan jasmani tidak selalu terjadi, adanya pemulihan hati, pikiran dan roh menciptakan motivasi kesembuhan dan tubuh dapat aktif bereaksi dalam memerangi proses penyakit (Karina & Wahyuningsih, 2012).

Peran pendampingan spiritual ini dapat dikembangkan. Terutama dalam memberikan asuhan keperawatan secara mandiri; tanpa harus tergantung pada peran profesi yang lain.

Kompetensi pendampingan spiritual merupakan kompetensi mandiri perawat. Oleh karena itu, peran pendampingan ini perlu terus dikembangkan. Yang akhirnya meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan.

Peran pendampingan spiritual bukan hanya terfokus pada pasien lanjut usia, namun semua pasien dari berbagai tingkat usia juga sangat membutuhkan. Khususnya pada pasien yang mengalami sakratul maut maupun menghadapi situasi yang krisis. Contoh pasien preoperasi.

Pada pasien dengan situasi tersebut penguatan secara psikologis dan spiritual sangat dibutuhkan.

Sikap-sikap dasar dalam praktik pastoral care

Pelaksanaan pastoral care yang baik terjadi karena faktor internal dari perawat sendiri yang mempunyai persepsi tentang pelaksanaan pastoral care yang baik. Perawat mempunyai faktor persepsi dan kebutuhan spiritual care dalam diri mereka sendiri yang dapat mereka ukur dengan cara melaksanakan tindakan keperawatan spiritual pada pasien.

Pelayanan pastoral care bukan hanya berhubungan dengan pasien saja tetapi juga menyangkut seluruh pelayan kesehatan yang ada di rumah sakit, baik dokter, perawat, bidan, farmasi, administrasi dan sebagainya.

Bukan hanya bagi pasien yang dirawat saja. Tetapi juga pasien di tempat lai; baik yang karena usianya yang lanjut ataupun keadaannya yang sakit (Kusmaryanto, 2016).

Ilustrasi: Kunjungan kasih para Suster FSGM ke orangtua kolega suster yang sudah lansia atau sakit. (Ist)

Selama pendampingan pastoral care dengan pasien, maka dibutuhkan sikap dasar yaitu :

1. Empati

Empati berbeda dengan simpati yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Simpati ada unsur terhanyut dalam perasaan orang lain. Sedangkan empati ada persepsi akurat tentang dunia perasaan orang lain. Ini berarti pendamping secara batiniah merekam dunia perasaan dan pengalaman orang lain secara tepat, utuh dan netral. Empati merupakan perwujudan dari sikap belas kasihan atau cinta kasih tanpa batas.

2. Percaya pada proses

Percaya pada proses berarti kita percaya bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu untuk berproses sesuai dengan iramanya sendiri. Pasien yang mengalami perasaan sedih, gembira, marah, jengkel, dendam atau tidak percaya membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

Setiap orang berbeda dengan orang lain. Pendamping tidak dapat memaksakan kehendak, jadi harus bersabar. Membiarkan orang lain menjalani proses sesuai dengan iramanya sendiri. Disamping itu pendamping sebaiknya tidak memperlambat atau mempercepat proses pengalaman pasien.

3. Tulus Hati

Sikap tulus hati berhubungan langsung dengan sikap dasar mengenal diri sendiri, mengakui dirinya adalah orang yang tidak sempurna. Dengan demikian pendamping tidak memiliki kesombongan rohani, tetap rendah hati, dapat memahami bahwa dirinya tidaklah dapat mengubah kehidupan orang lain.

4. Terbuka

Seorang pendamping harus mampu mengosongkan diri agar dapat dipenuhi seluruh pengalaman orang yang sakit. Sikap terbuka ini akan menolong pendamping untuk menghilangkan prasangka, kecurigaan, sikap hati-hati yang berlebihan.

Seorang pendamping harus siap melihat segala warna kehidupan pasien, tanpa memaksakan nilai,keyakinan, kepercayaan, pikiran, tradisi. Pendamping membuka diri dengan harapan agar orang yang sedang mengalami persoalan berani terbuka padanya. Melalui suasana keterbukaan, diharapkan pertumbuhan pasien semakin nyata. Kita bertumbuh karena terbuka.

5. Integratif dan Holistik

Dalam menghadapi pola pikir sempit, terkotak-kotak, sebaiknya kita mengembangkan sikap dasar integratif dan holistik. Pola pikir terkotak-kotak, sebenarnya bertentangan dengan hakekat dasar sebagai manusia. Sebab manusia itu multidimensional (fisik,mental, spiritual, dan sosial). Sikap dasar ini menolong kita untuk berpikir luas. Kita berusaha menjelajahi seluruh aspek yang terkait dalam pengalaman orang yang sakit.

Beberapa fungsi pendampingan pastoral

  • Menyembuhkan perasaan hati.
  • Dampingan dari rasa sakit baik fisik maupun psikis.
  • Menopang.
  • Dampingan agar memiliki ketahanan mental dalam mengatasi kondisi sakitnya.
  • Membimbing agar dapat mengatasi masalah-masalah yang mengakibatkan penderitaan.
  • Rekonsiliasi, pemulihan relasi dengan orang lain agar dapat meringankan penderitaan.
  • Memelihara ketegaran pribadi dalam menjaga pemulihan dirinya.

Dasar pendampingan pastoral meliputi

  • Terciptanya relasi personal yang hangat penuh pengertian.
  • Melalui pendengaran, perhatian dan ungkapan empati.
  • Maka, dampingan lalu bersedia katarsis dari rasa sakit dan mengungkapkan perasaan yang ditekan.
  • Pendamping mendapat gambaran keadaan dampingan bagaimana memandang kehidupan dari segi batiniah, sebagai dasar untuk diagnose masalah.
  • Menentukan tindakan rekomendasi, atau rujukan. (Selesai)

Baca juga: Belajar Hargai Kehidupan, Kunjungi Panti Wredha Rindang Asih I Ungaran (4)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here