“Karena orang tuanya benar maka anak mereka dididik menurut Taurat Musa.” (Dan 13, 3)
BEBERAPA Minggu yang lalu, harian Yogya memuat berita tentang pencurian sepeda motor oleh remaja di bawah umur. Sembilan remaja tersebut adalah pelajar dari sebuah sekolah menengah pertama. Mereka sudah mencuri delapan kendaraan bermotor di daerah Samigaluh dan Kalibawang. Motor curian tersebut sedianya akan dijual dan hasilnya akan dipergunakan untuk membeli onderdil untuk merakit motor balap.
Saya mendengar bahwa salah satu remaja tersebut berasal dari keluarga ‘broken’. Orang tua anak ini telah bercerai; ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Ayahnya tidak mempunyai pekerjaan tetap dan juga punya kebiasaan untuk mencuri.
Seorang teman yang ikut menangani kasus pencurian motor tersebut mengatakan bahwa beberapa remaja lain dari kelompok ini juga berasal dari latar belakang keluarga yang sama, yakni keluarga ‘broken’. Mereka tidak mendapatkan perhatian dan bimbingan dari orang tua, sehingga terseret dalam berbagai aksi kenakalan remaja.
Teman-teman yang ada di grup WA prihatin dengan kasus ini, karena para remaja ini masih bersekolah di alma mater mereka. Keprihatinan ini sesungguhnya berkaitan dengan soal relasi antara orang tua dan anak dalam sebuah keluarga. Banyak orang tua rupanya mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Mereka tidak lagi mampu membimbing, mendidik dan mengarahkan anak-anak mereka dengan baik. Mereka mengalami kebuntuan dan ketidakmengertian ‘tingkat dewa’ dalam mendidik anak-anaknya, sehingga mereka pasrah total terhadap pihak sekolah atau asrama anak-anak.
Di lain pihak banyak remaja yang tidak kerasan di rumah. Mereka lebih suka ke warnet, ngegeng dengan kelompok atau mencari hiburan lain. Mereka telah kehilangan ‘idola atau panutan’ dari ayah atau ibunya. Mereka menyaksikan banyak contoh buruk dan tidak benar dari kata-kata, sikap dan perilaku orang tuanya, sehingga mereka berani membantah, melawan atau menentang orang tua. Orang tua yang benar akan mendidik anak-anak mereka secara benar selaras dengan iman, adat istiadat atau aturan lain. Mungkinkah orang tua yang tidak benar mendidik anak mereka secara benar?
Teman-teman selamat siang dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)