UNGARAN – Kabupaten Semarang (Jumat, 15 Januari 2016). Di aula kampus Mardi Rahayu Ungaran, sejak pukul 08,00 WIB hingga pukul 11.30 WIB diselenggarakan Natalan Bersama secara Ekumenis, antara warga Kristiani Kristen Katolik dan Kristen Protestan khususnya bagi anak-anak, orangtua, dan para guru Taman Kanak-Kanak Se-Kecamatan Ungaran Timur dan Barat. Sedikitnya, perayaan itu dihadiri oleh 933 orang mulai dari anak-anak hingga para guru dan orangtua. Anak-anak sendiri sedikitnya ada 500 anak.
Mereka semua berkumpul, bernyanyi, menari dan bermain dalam rangka Natalan Bersama. Di sinilah ditanamkan pendidikan inklusivitas dalam diri anak-anak yang berbeda Gereja, antara Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Sr. Athan AK yang menjadi ketua panitia menyampaikan sambutannya itu dengan penuh semangat. Acara yang diselenggarakan dua tahun sekali ini patus diapresiasi sebab di dalamnya ditaburkan pendidikan bagi anak-anak tentang kebersamaan yang menyaudara meski berbeda agama dan Gereja. Agama Katolik dan Agama Kristen dari berbagai denominasi dihayati oleh anak-anak bersama orangtua masing-masing dalam semangat persaudaraan tanpa diskriminasi.
Dalam hikmah Natal yang harus saya sampaikan, saya memang tidak bisa banyak berkata-kata karena tidak biasa menghadapi anak-anak Taman Kanak-Kanak. Maka, dalam rangka menyampaikan hikmah Natal tersebut, saya hanya mengatakan bahwa kita semua bergembira karena mendapat hadiah, yakni Yesus Kristus, yang menolong dan menyelamatkan kita. Mari kita sambut hadiah itu dengan gembira. Lalu, anak-anak saya ajak untuk bernyanyi bersama lagu “Gloria”. Mereka bernyanyi dengan penuh semangat. Lalu, sesudah itu, saya bilang, karena kita sudah mendapat hadiah yang istimewa, mari kita sambut hadiah itu, sesuai dengan tema Natalan ini, “Hidup sebagai Saudara”, dengan bernyanyi bersama “Dalam Yesus Kita Bersaudara”. Dan anak-anak pun dengan riang gembira bernyanyi bersama lagu tersebut. Lagu dinyanyikan tiga bait, dalam Yesus kita bersaudara, dalam Yesus kita berjabat tangan, dalam Yesus saling mengasihi. Terakhir, saya mengatakan, mari sebagai saudara satu sama lain, anak-anak, kita mengasihi Yesus hadiah yang diberikan Allah Bapa kepada kita. Dan anak-anak pun saya ajak untuk bernyanyi “Kumau Cinta Yesus Selamanya”. Anak-anak pun bernyanyi dengan sukacita. Dalam semua nyanyian itu, saya melantunkan nada-nada melalui saksofon bayi yang saya bawa sebagai hadiah untuk anak-anak bersama para guru dan orangtua masing-masing. Mereka begitu bergembira dan bersukacita.
Para pejabat pendidikan tingkat dasar dari Kecamatan Ungaran Timur dan Barat yang meski tidak beragama Katolik atau Kristen, mereka hadir dengan penuh senyum dan kegembiraan, menjadi berkat pula untuk anak-anak. Mereka semua dengan penuh kesabaran mengikuti acara demi acara yang ditampilkan anak-anak hingga usai.
Profiiciat Suster Athan AK yang dulu, saat saya masih di Taman Kanak-Kanak di desa, juga pernah menjadi guru TK untuk saya sebelum masuk biara, dan kini berjumpa di Ungaran, beliau sebagai seorang Suster Biarawati Abdi Kristus.***