Renungan Harian
Rabu, 19 Januari 2022
Bacaan I: 1Sam. 17: 32-33. 37. 40-51
Injil: Mrk. 3: 1-6
BEBERAPA tahun yang lalu, saya ngobrol-ngobrol dengan para pensiunan guru.
Dalam perbincangan itu, muncul keprihatinan tentang beberapa guru muda PNS yang mendapatkan tugas di pedalaman.
Keprihatinannya adalah beberapa guru muda PNS sering kali meninggalkan tempat tugasnya berbulan-bulan bukan untuk suatu kepentingan berkaitan dengan tugasnya, tetapi sekedar tinggal di kota.
Sebagai akibat banyak sekolah-sekolah negeri yang hampir tidak ada gurunya. Bahkan ada seorang pastor dengan nada satir mengatakan bahwa sekolah negeri di tempatnya bertugas adalah sekolah baris berbaris; karena hampir setiap hari kegiatan sekolah itu adalah baris berbaris.
Para pensiunan guru itu merasa sedih karena beberapa guru muda PNS itu dengan mudah meninggalkan anak didiknya.
Para pensiunan guru itu amat mengerti bahwa tinggal dan mengajar di pedalaman bukan sesuatu yang enak dan menyenangkan; karena di tempat itu tidak ada hiburan, tidak bisa menikmati jajanan dan berbagai fasilitas seperti di kota.
Namun demikian menurut beliau-beliau situasi di pedalaman pada masa sekarang jauh lebih baik dan lebih enak dibanding pada saat beliau-beliau itu berkarya.
Saat saya bertanya menurut beliau-beliau itu apa yang menjadi penyebabnya hampir semua menjawab bahwa beberapa guru muda PNS itu kurang ditempa oleh pengalaman.
Para pensiunan guru itu bercerita bahwa sejak kecil beliau-beliau itu sudah ditempa dengan pengalaman yang berat.
Dari sisi ekonomi umumnya beliau-beliau itu dari keluarga sederhana, sehingga di rumah sudah dididik untuk mandiri. Keluarga tidak membedakan apakah anak laki-laki atau anak perempuan semua harus bisa memasak, membereskan rumah dan mengurus keperluan pribadi.
Di samping itu banyak diantara para pensiunan guru itu sejak kecil harus berjalan jauh untuk sekolah.
Pengalaman masa lalu itu dirasakan sebagai pengalaman yang berat, namun pengalaman yang berat itu disadari mendidik beliau-beliau itu menjadi pribadi yang tangguh.
Sehingga beliau-beliau tidak mudah menyerah mana kala menghadapi kesulitan dan tantangan.
Bahkan para pensiunan guru itu menyatakan bersyukur atas semua pengalaman masa kecilnya yang berat dan tidak mudah.
Beberapa mengungkapkan pengalaman iman bahwa kesulitan dan tempaan di masa kecil itu adalah cara Tuhan mendidiknya melalui orangtua dan lingkungan.
Menarik mendengarkan obrolan dengan para pensiunan guru itu; terlebih beliau-beliau mampu memaknai pengalaman hidupnya sebagai pengalaman iman.
Pengalaman yang sudah terlewati sebagai sumber kekuatan dalam peziarahan hidup; bukan hanya sekedar rentetan peristiwa masa lalu.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Samuel, pengalaman Daud akan Tuhan yang selalu menyelamatkan dirinya dari binatang buas selama menjadi gembala menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi musuh yang mengerikan.
“Tuhan telah melepaskan daku dari cakar singa dan dari cakar beruang. Dia pun akan melepaskan daku dari tangan orang Filistin itu.”