BAGAIMANA rasanya dikasihi? Tidak terlukiskan bukan? Itu membuat orang menemukan hidupnya bermakna. Tiba-tiba dia hidup dengan penuh semangat.
Demikianlah kurang lebih pengalaman Zakeus (Lukas 19: 1-10). Dia mengalami dicintai; bukan oleh sesama manusia, tetapi oleh Tuhan Yesus yang bersabda, “Zakeus, segeralah turun. Hari ini aku mau menumpang di rumahmu.” (Lukas 19: 5).
Kasih itu bertemunya dua hati. Di sini, hati Tuhan Yesus dan hati Zakeus. Seperti semua cinta itu merupakan hadiah yang mengejutkan, demikian juga pengalaman Zakeus. Dia tidak menduga bahwa Yesus memberi perhatian khusus kepadanya.
Namun, pengalaman itu tidak seluruhnya mendadak. Orang perlu mempersiapkan diri untuk cinta. Zakeus ingin melihat Yesus (Lukas 19: 3). Bahkan ia memanjat pohon untuk bisa memenuhi keinginannya (Lukas 19: 4). Yesus yang lewat di bawah pohon itu memanggilnya.
Ketika menjamu Yesus di rumahnya, Zakeus berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19: 8). Kasih Tuhan itu mengubah relasi Zakeus dengan sesamanya. Semua menjadi positif. Dia melihat dengan mata baru; mata kasih, mata Tuhan.
Pengalaman Zakeus mengajarkan tiga hal. Pertama, bahwa Tuhan mengasihi dan mencari manusia. Jauh hari sebelum manusia mencari-Nya, Tuhan telah mencari mereka. Kedua, orang diminta untuk mempersiapkan hati untuk menyambut kasih Tuhan itu. Dari sekian banyak persiapan, yang terpenting adalah bertobat.
Akhirnya, mengalami kasih itu mengubah hidup seseorang. Orang menemukan hidupnya bermakna kembali dan mengubah cara pandangnya terhadap dunia dan sesama di sekitarnya. Semua terasa positif dan menggembirakan.
Tuhan senantiasa mencari kita dalam kasih-Nya yang tidak terbatas. Apakah aku mempersiapkan diri untuk menerimanya? Apakah aku bertobat dan siap berubah untuk mengalami dikasihi Tuhan?
Selasa, 15 November 2022