Pengalaman Ditolak

0
727 views

“Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” (Luk 9, 5)

Saat kantor sudah tutup dan karyawan hampir pulang, penjaga memberi tahu, “Romo ada tamu mau ketemu, tetapi belum janjian dahulu. Mau tanya tentang beasiswa. Diterima atau tidak?” “Ya, suruh masuk”, jawabku. Pengalaman seperti ini sering terjadi: ada orang datang dan mau ketemu. Diterima atau tidak?

Pengalaman tidak diterima oleh orang lain seringkali terjadi. Banyak orang sering mengalami bahwa dirinya ditolak atau tidak diterima oleh orang lain. Seorang calon uskup bisa tidak diterima oleh sekelompok umat setempat. Seorang imam bisa tidak diterima oleh rekan-rekannya, sehingga dalam waktu singkat harus berpindah dari satu paroki ke paroki lain. Seorang religius juga bisa tidak diterima oleh rekan-rekannya, sehingga harus berpindah dari satu komunitas ke komunitas lain. Orang yang membunyikan bel pintu, hanya diintip dari dalam dan tidak diterima untuk masuk ke dalam rumah.

Selalu saja terjadi bahwa seseorang tidak diterima oleh orang lain. Hal ini terjadi karena berbagai alasan: alasan kedaerahan atau kesukuan, kebiasaan jelek seseorang yang merugikan orang lain, kelainan perilaku yang bisa menimbulkan masalah atau rasa malu, tidak mau repot dan terbebani serta berbagai macam alasan lain.

Para pewarta Injil bisa ditolak; para utusan Tuhan bisa tidak diterima di suatu tempat. Penolakan memang menyakitkan. Tidak diterima di suatu tempat memang menyedihkan. Bagaimana caranya agar peristiwa seperti ini bisa dilupakan atau dianggap tidak terjadi, seperti seseorang mengebaskan debu dari kakinya? Pernahkah saya mengalaminya: ditolak atau tidak diterima oleh orang lain? Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here