- “BAYAR berapa, Dok?” tanya pasien.
- “Masih punya uang berapa?” Dokter Thomas balik bertanya.
- “Lima ribu, Dok, “ jawab pasien itu pelan.
- “Nanti pulangnya naik apa?” tanya Dokter Thomas lagi.
- “Naik angkot,” jawab pasien itu singkat.
- “Berapa?” tanya dokter.
- “Dua ribu,” jawab pasien.
- “Ya sudah, sisa uangnya itu untuk keperluan yang lain saja,” Dokter Thomas akhirnya memberi keputusan.
Sepenggal percakapan itu mengawali kisah Dokter Thomas Utama di Cirebon. Sebagian besar pasien yang datang kepadanya diberi obat dan tidak mampu membayar. Jika mau membayar, terserah kemampuan pasien. Bahkan, kadang-kadang ia harus memberi ongkos pulang, atau kalau parah sakitnya, mencarikan keringanan biaya rumah sakit.
Dokter yang hidup sederhana ini mengabadikan hidupnya untuk orang miskin, yang memang tersingkir dari pelayanan kesehatan di negeri ini. Rasa syukur toh tergambar dalam komentar singkatnya: “Bagi saya, yang paling membahagiakan adalah dapat melaksanakan kehendak Tuhan.”
Ragam kisah nyata
Kisah Dokter Orang Miskin ini merupakan bagian dari 30 cerita nyata yang menyuratkan dan menyiratkan iman dari para pelakunya.
Ragam insan yang ditulis disini layaknya campur sari, dari profesor kesehatan, orang muda, guru, pegawai panti wreda, sampai pastor, bruder, dan suster.
Berpihak pada yang Tersingkir menceritakan karya Suster Patrice yang nekad menerima murid dari keluarga pekerja seks komersial, walau mendapat tentangan dan cibiran. “Ketika sesama kita tidak diterima di tengah masyarakat, dianiaya, dikucilkan, dan dibiarkan, disitulah lahan kita mewujudkan kasih itu,” tegas Suster Patrice. Keprihatinan ini pulalah yang membuatnya memberikan “kursi Yesus”, kursi buat anak-anak miskin di sekolah yang dikelolanya.
Lain pula kisah Pak Warsena yang melakoni pekerjaan sebagai karyawan sebuah panti wreda, rumah khusus untuk para lansia. Kesabaran super tinggi dituntut untuk bekerja dengan tulus disitu.
“Apa kabar Oma? Oma sudah mandi, sudah makan?” dengan ringan nenek penghuni panti wreda itu menjawab pertanyaan tamu yang menjenguk, “Tidak pernah mandi, tidak pernah diberi makan.”
Toh Pak Warsena bersyukur karena para lansia telah mengasah jiwanya menjadi sabar, mengerti orang lain, dekat pada Tuhan, dan membawa berkat bagi keluarganya.
Mengajar tuna rungu tertawa
Pengalaman Bruder Anton mengajar di SLB Tunarungu Pangudi Luhur turut ditampilkan dalam buku saku ini. Dedikasinya terbaca pada ketekunannya mengajar muridnya yang tidak bisa mendengar suara apa pun agar bisa tertawa sewajar anak yang tidak bisu tuli. Muridnya itu dengan lihai membacakan puisi berjudul “Tertawa”.
“Ketika itu, saya duduk membaur dengan para tamu lustrum. Mereka tertawa dalam rasa bangga dan haru, bahkan menangis. Iman saya dikuatkan,” ungkap Bruder Anton.
Menggapai cita-citadengan kaki
Herlina, gadis manis yang ditinggalkan begitu saja di rumah sakit sejak lahir karena terlahir dengan kedua tangan tak sempurna. Dibesarkan di Panti Cacat Ganda Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta, ia tumbuh menjadi gadis yang mandiri, mengerjakan segala sesuatu dengan kedua kakinya sama mahirnya sebagai pengganti tangan. “Saya ingin menjadi psikolog agar bisa menolong orang-orang yang tengah dirundung masalah dan orang-orang yang membutuhkan bimbingan,” demikian cita-citanya.
Membaca kisah-kisah iman itu persis seperti sub judul yang diusung oleh Penerbit Kanisius: Kesaksian Iman yang Menggetarkan.
Iman yang menghidupkan, seolah alat yang bisa meniup pembuluh hati yang tersumbat akibat terkungkung kesulitan hidup kita sehari-hari. Ah, memanglah mukjizat itu ternyata benar-benar ada dalam kehidupan kita.
- Judul buku : Mukjizat Itu Nyata: Kesaksian Iman yang Menggetarkan
- Editor : Yustinus Juadi, Yohanes Muryadi
- Jumlah hlm : 192
- Penerbit : Kanisius Yogyakarta, 2011
Maaf pak menggu waktu,
Saya sedang berusaha mencari pendoa syafaat yang punya karunia khusus untuk “melihat” hidup saya.
Kalau ada yang tau mohon kiranya dapat memberikan nama, nomor kontak dan alamat. Seandainya ada Bapak/Ibu disini yang berkenan untuk membantu berdoa, saya sangat berterima kasih.
Sakit penyakit yang tidak bisa henti2 saya sedang bergantung pada orang lain, maka itu saya minta pertolongan doa buat ke hidupan saya, kalau saudara, kerkenan berdoa buat saya, saya sangat berterima kasih kepada Sdar,
??
Coba sekali waktu ikut program Bimbingan Hidup Sehat (BHS) dengan Pak Anton Porat. Beliau biasa “praktik” di beberapa lokasi: Sunter Jakut, Bandung, Klaten (Jateng), dan asal aslinya di Taman Mekon Kupang