Pengalaman Studi di Taiwan: Pantai Biru dan Kue Bagel (6)

0
546 views
Ilustrasi: Pedagang dengan gerobag kayuh. (Gregorius Teguh Santosa)

KALI ini, di akhir pekan saya mencoba menghibur diri melupakan rasa galau yang membuncah karena rindu kampung halaman dengan membunuh waktu pergi ke pantai Hualien. Berkendara sepeda motor sederhana, hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit menuju lokasi ini.

Berjalan saja dari gerbang depan kampus NDHU lalu belok kiri ke arah Kota Hualien, lurus saja, sebelum memasuki kota di sebelah kanan kita akan jumpai hamparan pantai nan biru.

Laut dengan udara bersih.

Ke sanalah motor menuju dan langsung masuk dalam kawasan wisata pantai, gratis. Lingkungannya bersih dan terawatt, walau saat musim panas seperti sekarang menjadi agak gersang dan gerah.

Selain tempat melepas penat, berwisata di tengah kejenuhan, kawasan pantai ini juga merupakan tempat untuk mencari rejeki, khususnya bagi para pedagang keliling.

Seperti di lokasi-lokasi wisata di Indonesia, banyak juga para penjaga makanan dan cindera mata yang mengais rejeki di sepanjang pantai ini.

Penjaja donat dengan gerobag khas di dekat Kampus National Dong Hwa University, Hualien, Taiwan. (

Penjaja kue donat

Sebut saja salah satunya yang menarik perhatian adalah penjaja kue donat dengan gerobak sepeda yang unik dan khas. Selain itu, ia menggunakan kacamata dan hidung besar buatan untuk menarik perhatian anak-anak yang berlibur di pantai bersama keluarga mereka.

Ia sebut namanya “John”, karena kami agak susah berkomunikasi dalam bahasa Mandarin. Sore itu sekitar 17.00 waktu lokal, kami berdua berbincang-bincang di tepian Lautan Pacific di sepanjang jalan antara Kota Hualien dan Kampus National Dong Hwa University (NDHU).

Langit biru bersih.

Terik matahari mulai surut, udara agak sejuk setelah seharian tadi diterpa suhu di atas 32 derajat Celcius (memang beginilah jika memasuki musim kemarau alias summer di Taiwan, hawanya panas nian, sebaliknya bila memasuki musim hujan atau winter, udara akan dingin menggigit).

Justru di saat-saat seperti inilah pengunjung pantai ini mulai ramai berdatangan, ada yang sekedar berjalan-jalan bersama keluarga, ada yang berolah-raga sepanjang tepian pantai dengan jalan kaki maupun berlari-lari kecil. Ada pula yang melepas waktu bersama pasangan dan/atau pacar. Kian sore kian sejuk udara kian ramai, tapi suasana masih terang karena gelap baru menyergap selepas pukul 18.30.

John adalah lelaki usia lanjut, katanya dia sudah 68 tahun, dan sudah lebih sepuluh tahun ini dia berjualan ‘mouse bagels’ di sekitar Pantai Hualien ini, setiap hari. Lihatlah gayanya di foto, masih sehat, bugar, dan berkeliling dengan gerobak sepedanya menjajakan semacam kue donat (atau yang disebut bagels di sini).

Penjaja donat dengan gerobag khas.

Macam-macam rasa dan ukuran ditawarkan, mulai seharga 25NT$ hingga yang 50NT$, semua bisa langsung disantap dengan nikmat sambil menikmati pemandangan tepian pantai Hualien yang biru memesona ke lautan Pasifik. Ia berkeliling sepanjang pantai hingga dagangannya habis, begitu jawabnya saat ditanya. Sungguh upaya yang luar biasa.

Menariknya, mengapa di usia sedemikian lanjut John masih harus bekerja? Saya coba menanyakannya. Dengan bahasa Inggris terbatas, diselingin bahasa Mandarin, ia menjelaskan bahwa sudah menjadi tradisi di sini bahwa selepas usia kerja dan memasuki masa pensiun, para lanjut usia tetap berusaha produktif dan tidak tergantung pada orang lain, termasuk anak dan/atau keluarga mereka.

Pengalaman Studi di Taiwan: Belanja di Pasar Ji-an (5)

Masih ingat dengan kisah sebelumnya  di mana banyak orang usia lanjut berjualandi Pasar Ji-an? Rupanya tradis ini ini berjalan turun-temurun hingga kini. Meski jaminan sosial diberlakukan oleh pemerintah, tetapi merasa diri berguna, produktif, dan tidak loyo adalah kredo utama bagi mereka untuk tetap berusaha dan berjuang di usia lanjutnya.

Bagi John, yang telah memiliki dua orang anak dewasa serta mandiri, berkeliling menjajakan kue bagels bukan sekedar mencari uang tetapi lebih merupakan proses aktualisasi diri di usia lanjut agar tetap berdaya.

Suatu bahan refleksi menarik bagi kita yang masih muda dan usia produktif: untuk apa bermalas-ria?

 

Shoufeng, Hualien, 27 Mei 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here