Puncta 03.01.22
Senin Biasa Sesudah Penampakan
Matius 4: 12-17.23-25
SUSTER X beberapa tahun silam pernah berkisah bahwa dia divonis dokter kena kanker payudara. Selama satu tahun dia minum obat herbal.
Namun penyakitnya tidak berkurang, malah naik ke stadium 2B. Ia disarankan datang ke Cikanyere.
Romo berkata, “Suster masih menyimpan dendam kepada seseorang di hati suster.”
Dengan menangis tersedu-sedu, suster mengiyakan pernyataan romo. Ia bercerita bahwa punya dendam dan sakit hati terhadap ayahnya karena dia mengkhianati ibu dan anak-anak.
Ayah mengusir ibu dan anak-anak dari rumah dan hidup bersama dengan wanita lain. Sejak itu, ibu sakit-sakitan dan meninggal.
“Saya sangat dendam dan tidak bisa mengampuni ayah saya,” kata suster X.
“Itulah biang penyakitnya. Selama suster tidak bisa mengampuni ayah, obat apa pun tidak bisa menyembuhkan. Mengampuni harus terwujud dalam tindakan nyata,” kata Romo Indra.
Sepulang dari Cikanyere, ia minta cuti ke pimpinan dan pulang merawat ayahnya yang sakit stroke selama enam bulan.
Ia rawat dengan cinta yang tulus. Ia mengampuni ayahnya. Selama di rumah ia tidak minum obat apa pun.
Ketika dia kembali dari cuti, dia langsung check up. Dokter dengan heran bertanya, “Suster minum obat apa selama ini?”
“Tidak ada dok, saya tidak minum obat, ada apa?” dia balik bertanya.
Dokter menjawab bahwa hasil lab darah dan USG semuanya negatif.
Dia bercerita pada dokter bahwa obatnya adalah pengampunan.
Yesus berkeliling di daerah Zebulon dan Naftali.
Yesus memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.”
Pertobatanlah yang pertama-tama diwartakan Yesus kepada semua orang. Dengan pertobatan, hidup akan diperbaharui dan segala penyakit disembuhkan.
Sabda Yesus itu disambut banyak orang. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan kepada-Nya dibawalah semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita berbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan lumpuh.
Yesus menyembuhkan mereka.
Seperti yang dilakukan suster tadi, ia bertobat dari sikap benci kepada ayahnya. Ia mau mengampuni dengan tulus. Akhirnya Yesus sendiri yang menyembuhkan penyakitnya.
Mengampuni adalah obat yang ampuh. Maukah kita bertobat dari sikap benci, dendam, dengki dan iri hati?
Kita bersyukur Gereja mempunyai sarana pertobatan dalam Sakramen Pengampunan Dosa.
Dengan mau mengampuni secara tulus kita bisa disembuhkan. Pengampunan membuat hidup menjadi ringan, terbebas dari beban yang berat
Buah manggis dicampur buah rambutan.
Senyum manis adalah tali persaudaraan.
Yesus mewartakan semangat pertobatan.
Kita sambut dengan sikap pengampunan.
Cawas, pagi yang ceria…