“ROMO, tolong doakan saya.” Begitulah umat sering meminta kepada romo untuk mendoakannya.
Dalam sambutan yang pertama setelah terpilih menjadi Paus bulan Maret 2013, dari balkon Basilika Santo Petrus, Roma, Paus Fransiskus memohon agar umat mendoakan beliau.
Meminta bantuan doa dari orang lain itu praktik yang baik. Itulah yang kita baca dalam Injil hari ini (Lukas 7:1-10). Seorang perwira yang bukan orang Yahudi meminta bantuan kepada tua-tua bangsa Yahudi untuk mendekati Yesus dan memohon agar Dia menyembuhkan hambanya yang sakit (Lukas 7:3).
Mengapa meminta bantuan?
Pertama, karena dia merasa tidak pantas datang sendiri kepada Yesus. Kedua, dia juga merasa tidak pantas bahwa Tuhan Yesus masuk ke rumahnya (Lukas 7:6). Ketiga, dia tahu bahwa orang Yahudi akan najis ketika masuk ke rumah orang asing.
Singkatnya, ada banyak penghalang bagi perwira itu untuk berjumpa Yesus. Namun, itu tidak mengurangi usahanya dalam menolong hambanya yang sakit. Bahkan itu menjadi kesempatan menunjukkan sikap rendah hati dan berimannya (Lukas 7:7-9).
Mengetahui sikap rendah hati dan imannya itu, Yesus merasa kagum (Lukas 7:9). Ketika orang-orang suruhan itu kembali ke rumah, mereka melihat hamba yang sakit itu sudah sehat kembali (Lukas 7:10).
Kapan Yesus menyembuhkannya? Injil Lukas tidak menyebutkan. Namun kita tahu bahwa iman menyembuhkan (Lukas 7:50). Jadi, iman perwira itu yang menyembuhkan hambanya.
Kisah ini mendasari ungkapan dalam alinea pertama. Meminta pertolongan orang lain untuk mendekati Tuhan dan membawa doa kita adalah wajar dan benar. Jangan terlalu sombong dan berkata, “Kita tidak membutuhkan perantara dalam doa kita. Berdoa sendiri saja langsung kepada Tuhan.”
Gereja Katolik mengajarkan dan mempraktikkan doa lewat bantuan orang lain. Salah satunya dengan pertolongan para Kudus yang dipandang sudah mencapai kesucian. Itu mengungkapkan iman dan kerendahan hati.
Santo Kornelius dan Siprianus, doakanlah kami.
Senin, 16 September 2024
Peringatan Santo Kornelius dan Siprianus
HWDSF