Renungan Harian
Sabtu, 30 Oktober 2021
Bacaan I: Rom. 11: 1-2a. 11-12. 25-29
Injil: Luk. 14: 1. 7-11
BAPAK itu adalah orang baru di paroki kami; sebenarnya lebih tepat orang lama yang muncul kembali.
Beberapa orang lama di paroki kami mengenal bapak itu, tetapi hanya sebatas tahu, karena bapak itu tidak pernah terlibat dalam kegiatan paroki maupun lingkungan.
Menurut beberapa orang yang mengenal dia, bapak itu hanya datang untuk mengikuti misa, itu pun langsung pulang.
Bapak itu sekarang mau terlibat di paroki maupun lingkungan. Hampir semua kegiatan dia ikuti, baik itu kegiatan berkaitan dengan aktivitas liturgi maupun kegiatan-kegiatan kategorial. Sehingga bapak itu kelihatan selalu hadir dalam segala kegiatan.
Namun bagi banyak orang, bapak itu menjadi semacam pengganggu daripada penolong.
Beberapa kali terjadi dalam kegiatan bapak itu melakukan hal-hal yang sebenarnya bukan tugasnya, sehingga apa yang dilakukan malahan menjadikan sesuatu yang seharusnya baik-baik saja menjadi ada masalah. Banyak orang kesal dengan bapak itu karena sikapnya.
Banyak orang menjadi semakin kesal, karena bapak itu seolah tidak pernah merasa bahwa dirinya menjadi pengganggu. Beberapa kali bapak itu diomelin oleh beberapa koordinator kegiatan, namun bapak itu tidak menjadi marah dan ngambek, tetapi selalu minta maaf dan tetap terlibat.
Beberapa orang tidak ingin bapak itu dilibatkan di dalam acara paroki, karena akan mengganggu. Mereka usul bapak itu diberi tugas kebersihan dan mengatur tempat.
Bapak itu menjalankan tugas dengan luar biasa. Dia mau menyapu, mengelap kursi dan menyiapkan dengan baik.
Bahkan beberapa kali diberi tanggungjawab yang banyak orang tidak mau, tapi bapak itu menjalankan dengan baik.
Lama kelamaan orang tahu bahwa bapak itu orang yang ingin terlibat dan memberikan dirinya untuk pelayanan. Kalau selama ini menjadi pengganggu, karena keinginan dia untuk terlibat.
Oleh karena itu, bapak itu kemudian diterima dan sungguh-sungguh dibutuhkan oleh banyak orang. Di dalam banyak kegiatan bapak itu dilibatkan bahkan sering menjadi rebutan bila ada kegiatan di paroki.
Bapak itu selalu menerima tugas apa pun dengan penuh gembira. Dia selalu tersenyum menyapa banyak orang dengan ramah dan sungguh-sungguh ringan tangan membantu.
Tidak pernah dia menolak bila ada yang meminta bantuan; bahkan dia rela mengantar jemput orang yang meminta tolong. Luar biasa apa yang dilakukan bapak itu.
Dia sekarang menjadi orang yang amat dicintai dan dihormati di paroki karena keterbukaannya untuk melayani.
Bapak itu berubah dari seorang yang tidak dianggap bahkan dianggap pengganggu menjadi orang yang dihormati karena pelayanannya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas: “Sebab, barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Bagaimana dengan aku?
Apakah aku berani untuk merendahkan diri?