PERAN sangat besar di bidang pendidikan –utamanya pendidikan guru—yang telah ditorehkan oleh pastor misionaris Jesuit di “Tanah Jawa” yakni Romo Franciscus Georgius Josephus Van Lith SJ atau lebih dikenal sebagai Romo van Lith SJ (17 Mei 1863 – 9 Januari 1926) sungguh luar biasa. Imam Jesuit asal Oirschot, Negeri Belanda ini menjadi sosok penting di balik peristiwa pembabtisan massal di antara orang-orang pribumi Jawa di kawasan Sendang Sono. Romo van Lith SJ kemudian mendirikan sekolah guru di Muntilan dan memperjuangkan status pendidikan orang-orang pribumi pada kurun masa pendudukan pemerintah kolonial Belanda.
Baca juga:
- Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegipranata SJ: Jejak Langkah Karya Romo Van Lith SJ (2)
- Peringatan 150 Tahun Romo van Lith SJ di Muntilan, 24-26 Mei 2013
Saat berpidato di Yogyakarta tanggal 10 Oktober 1989, Paus Yohannes Paulus II mengatakan bahwa pada hari itu dia tengah berada di ‘jantung’ Pulau Jawa. Kalimat itu dia ucapkan dalam konteks ingin mengenang sosok penting di balik dasar kekatolikan di Tanah Jawa yakni Romo van Lith SJ dan dua muridnya yang juga tidak kalah beken: Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ (22 November 1896 – 22 Juli 1963) dan Ignatius Joseph (IJ) Kasimo Hendrowahyono (10 April 1900 – 1 Agustus 1986). Selain kedua muridnya tersebut, juga harus disebutkan nama almarhum Drs. Frans Seda.
Berkat didikan almarhum Romo van Lith SJ inilah di kemudian hari ada banyak guru hasil didikan beliau di Muntilan lalu dikirim ke seluruh penjuru tanah air. Bukan hanya untuk mengajar pendidikan agama katolik saja. Lebih dari itu, para guru didikan Romo van Lith di tlatah “Bethlehem van Java” (baca: Muntilan) juga menjadi seorang pendidik alias educator yang membentuk pribadi-pribadi manusia Indonesia yang berwatak dan berintegritas.
Kini, jasa besar mendiang “Rasul Tanah Jawa” ini tidak hanya dikenang, karena telah membabtis puluhan orang di kawasan Sendang Sono yang kini menjadi kawasan destinasi wisata rohani yang terkenal di Indonesia. Melainkan juga karya besar beliau di bidang pendidikan yang telah membentuk manusia-manusia Indonesia berkarakter, berbudi, dan berintegritas.
Hasil didikan Romo van Lith yang sedemikian mentes yakni Romo Kandjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ dan IJ Kasimo telah dinobatkan resmi menjadi pahlawan nasional. Romo Kandjeng adalah Uskup Pribumi pertama di Indonesia, sedangkan IJ Kasimo adalah pendiri Partai Katolik yang di era Orde Lama cukup ‘punya gigi’ di pemerintahan.
Franciscus Xaverius Seda (4 Oktober 1926 – 31 Desember 2009) juga merupakan sosok tokoh penting di Partai Katolik. Ia didapuk Presiden Soekarno menjadi Menteri Perkebunan (1966-1968) dan oleh Presiden Suharto menjadi Menteri Perhubungan (1968-1973). Saking terkenalnya almarhum Frans Seda ini di panggung politik nasional baik era Orde Lama maupun sesudahnya di era Orde Baru, lalu banyak orang katolik mengira almahum Frans Seda adalah seorang ‘eksim’ (eks seminaris).
Sama sekali bukan. Almarhum Frans Seda adalah alumnus sekolah pendidikan guru di Muntilan hasil besutan Romo Frans van Lith SJ di Muntilan. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, nama van Lith lalu identik dengan sekolah menengah atas (SMA) berasrama yakni SMA van Lith yang diampu oleh para bruder FIC.
Penghargaan untuk mendiang Romo van Lith SJ
Menjawab Sesawi.Net, dosen Universitas Sanata Dharma Romo Gregorius Budi Subanar SJ membenarkan kabar yang beredar di jalur medsos sepanjang hari Jumat tanggal 16 September 2016 yang menyebutkan mendiang Romo van Lith SJ akan diganjar penghargaan oleh Pemerintah RI. “Beberapa hari lalu, salah seorang staf Dirjen Kebudayaan memang menghubungi soal hal itu,” ungkap Romo Banar SJ yang banyak mengetahui kiprah mendiang Romo van Lith SJ melalui studi doktoralnya di Universitas Gregoriana Roma.
Pada hari Sabtu malam tanggal 17 September 2016 ini akhirnya Romo Gregorius Budi Subanar SJ memberikan konfirmasinya. “Tanggal 22 September nanti saya akan ke Jakarta memenuhi undangan Kemendiknas RI menerima penghargaan untuk Romo Van Lith SJ. Pemberian penghargaan akan berlangsung di Jakarta tanggal 23 September 2016 ,” kata Romo Banar, doktor misiologi lulusan Universitas Gregoriana tersebut menjawab Sesawi.Net dalam pesan singkat.
Ia datang mewakili Ordo Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Sejatinya, yang awalnya mewakili SJ adalah Romo Hasto Rosariyanto SJ, namun “beliau berhalangan,” kata Romo Banar, demikian panggilan akrabnya di kalangan teman-teman novis SJ ingressus tahun 1982.
Pemberian penghargaan itu sendiri akan berlangsung di Jakarta pada tanggal 23 September 2016.
Hal senada juga dibenarkan oleh Romo FX Baskara Tulus Wardaya SJ, sejarahwan lulusan Marqueete University di Milwaukee, Wisconsin, AS ini.
Penulis mengenal kedua pastor Jesuit ini karena teman angkatan dan teman senior satu tahun di atas angkatan masuk Novisiat SJ di Girisonta tahun 1982.
Menjawab Sesawi.Net, Socius Provinsial SJ Provinsi Indonesia (Provindo) Romo Lucianus Suharjanto SJ akhirnya membenarkan berita tersebut. Penghargaan dari Pemerintah RI itu diberikan atas jasa-jasa mendiang Romo van Lith SJ memajukan pendidikan bagi anak-anak pribumi di Indonesia, khususnya di Tanah Jawa. Bukan dinobatkan sebagai pahlawan nasional sebagaimana isu santer yang beredar di jalur medsos.
Penghargaan Pemerintah RI melalui Kemendiknas kepada Romo Van Lith SJ diberikan atas jasanya merintis ide besar pendidikan berasrama di Muntilan. Dari ide brilian inilah lahir tokoh-tokoh nasional Indonesia seperti Romo Kandjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, IJ Kasimo, Frans Seda, pahlawan Nasional Komodor Laut Yos (Yosafat) Sudarso yang gugur di Laut Aru Maluku, dan Cornelis Simandjuntak komponis lagu-lagu nasional.