HARI Sabtu, 9 Desember 2017, merupakan hari paling menggembirakan bagi umat katolik Gereja Santa Clara — Paroki Bekasi Utara yang berasal daerah Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata (Flobamorata). Pada hari itu, suasana kapel yang terletak di Taman Wisma Asri tampak agak berbeda dari biasanya.
Sebagian umat asal Flobamorata mengenakan pakaian daerah masing-masing. “Rasanya, kok, seperti bale nagi hari ini,” kata Camilus Mollo, asal Bajawa.
Paguyuban Flobamorata
Pada hari itu, paguyuban komunal mereka yang disebut Flobamorata SanCLA dikukuhkan oleh Romo Raymundus Sianipar OFMCap selaku pastor paroki.
Misa diiringi koor yang membawakan lagu-lagu bernuansa Flobamorata seperti Kami Hamba Pengabdimu ciptaan Ferdu Levi dan Ina Maria ciptaan Thomas Kwaelaga. Ada juga tarian yang dipersembahkan oleh beberapa penari cilik.

Romo Ray menyatakan sangat gembira dengan kehadiran paguyuban tersebut, karena hal itu sungguh-sungguh menunjukkan betapa indahnya keberagaman di kalangan umat Katolik, khususnya di Paroki St. Clara.
“Gunakanlah semua kekayaan iman dan budaya yang indah ini untuk melayani Tuhan,” harap Romo Ray sambil mengungkap harapan akan munculnya kelompok-kelompok paguyuban komunal yang lain.
Hal senada diharapkan oleh pastor asal Lembata yang kini bertugas di Sunter dan diundang secara khusus untuk ikut merayakan misa pengukuhan tersebut.
Setelah mengingatkan pentingnya laku tobat dalam Masa Adven, Romo Hendrik mengajak warga anggota Paguyuban Flobamorata di Santa Clara untuk memberi diri secara aktif dalam pelayanan di Gereja. “Membentuk Flobamorata bukan untuk memisahkan diri atau menjadi eksklusif, tetapi untuk semakin aktif melayani Tuhan dengan kekayaan budaya dan iman,” ujar Romo Hendrik dalam khotbahnya.
Sementara itu, Ketua Flobamorata Johannes Wahidin mengajak seluruh umat Santa Clara, khususnya yang dari Flobamorata, untuk bergabung dalam Flobamorata dan menyemarakkan pelayanan melalui kekayaan etnis dan budaya daerah.


Harapan pastor paroki
Pada kesempatan lain, Romo Ray menyampaikan harapan kepada pengurus Flobamorata.
“Saya gembira dan menyambut inisiatif umat dari Flobamorata untuk membentuk paguyuban. Namun, upayakan juga melalui paguyuban ini ada sesuatu yang terasa dalam peningkatan daya saing anak-anak dari Flobamorata,” kata pastor Fransiskan Kapusin dari Tanah Tapanuli ini.
“Selain itu,” kata dia lebih lanjut, “juga upayakan juga ada hal atau pengaruh yang bisa ditularkan dari sini untuk kemajuan kampung halaman di sana. Bahwa kalian ingin menyemarakkan pelayanan di Santa Clara, saya sangat senang, tapi ingat jangan lupa melakukan hal-hal tadi,” tandasnya.
Seluruh warga Flobamorata yang hadir dan umat lainnya lebur dalam kegembiraan dan rasa rindu kampung halaman.

Lagu Mars Flobamora yang dinyanyikan bersama setelah Misa menunjukkan kerinduan itu. Umat berangkulan sambil bernyanyi dan melambai-lambaikan tangan.
Dan mewakili rasa cinta warga Flobamorata kepada Gereja Santa Clara, Johanes Wahidin menyerahkan sebuah stolla dari kain tenun kepada Romo Ray. “Terimalah, Pastor tanda kasih kami,” ucap pria asal Manggarai ini singkat.