TEMAN lain di Paguyuban Sesama Sahabat Warga Ignatian (Sesawi) –forum silahturahmi para eks Jesuit Indonesia—kemudian menyodorkan sebuah syering menarik. Sebut saja namanya Pras.
Makna di balik kata ‘pensiun’
Pensiun, kata Pras, merupakan sebuah tema obrolan yang menarik, terutama bagi yang sudah mendekati usia pensiun. Meskipun sebenarnya istilah pensiun sendiri mempunyai banyak pengertian.
Bagi sebagian orang, pensiun merupakan saat untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang telah dijalaninya selama ini, lalu mempunyai banyak waktu untuk santai, menikmati hidup sambil melakukan aktivitas ringan seperti berkebun, kegiatan sosial dan momong cucu.
Rupanya istilah ini tidak cocok untuk beberapa orang lain karena setelah pensiun justru semakin sibuk, entah mengurusi usahanya sendiri atau bekerja lagi di tempat lain. Yang tadinya hanya bekerja 9 jam sehari, justru setelah pensiun malah menjadi 12 jam atau lebih dalam sehari.
Maka mungkin pensiun lalu dimengerti sebagai berhenti dari bekerja pada orang lain, dan kemudian bekerja pada dirinya sendiri. Istilah kerennya mempunyai bisnis sendiri. Di sini pensiun tidak tergantung usia.
Lantas model pensiun seperti apa yang akan kita pilih, tergantung keadaan dan persiapan kita masing-masing.
Ada yang orang yang setelah pensiun ‘harus’ bekerja lagi karena keadaan ekonomi. Tetapi ada juga orang yang bekerja lagi karena tenaga dan pikirannya masih dibutuhkan di sebuah perusahaan atau memang ia suka bekerja.
Ini seperti terjadi pada para seniores Sesawier. Maka ia mendedikasikan dirinya di perusahaan sampai usia tua.
Menyiapkan diri untuk pensiun
Jika kita ingin pensiun, perlu dipersiapkan.
Ada banyak pilihan kegiatan yang menghasilkan uang maupun yang tidak menghasilkan uang. Semua tergantung pilihan dan persiapan kita.
Sekedar sharing saja, demikian kata Prash, dia sudah meniatkan untuk pensiun tahun depan ketika umurnya genap 50 tahun.
“Bagi saya sendiri, saya ingin pensiun di kala usia muda, karena saya ingin bisa lebih banyak waktu bersama keluarga dan bisa lebih bebas kemana saja tanpa dicari bos atau enggak enak sama rekan kerja. Saya sudah bersiap-siap sejak 2 tahun lalu, berarti saya mempersiapkan diri selama 3 tahun. Apa yang saya sharingkan ini barangkali bisa menjadi model pensiun juga bagi teman-teman,” tulisnya kepada Redaksi Sesawi.Net.
Pras ini masuk Seminari Mertoyudan tahun masuk 1980 dan kemudian masuk Novisiat SJ di Girisonta tahun 1984-1986 dan selesai studi filsafat di STF Driyarkara Jakarta.
Lalu persiapan apa saja yang dilakukan Pras untuk menyosong pensiun ketika umurnya akan genap 50 tahun?
“Pertama, sejak 2 tahun lalu saya membeli kavling sawit dan karet secara kredit selama 3 tahun pada sebuah perusahaan. Saya hanya membayar DP-nya dan tidak mengurusi. Karena yang saya beli adalah kebun yang sudah menghasilkan, saya tidak perlu mengangsur malah mendapatkan sisa hasilnya tiap bulan. Tahun 2014 kredit saya selesai, dan saya akan mendapatkan hasilnya penuh. Hasilnya bisa untuk pensiun. Dari sini saya belajar mempercayai orang lain (sebuah perusahaan pengelola),” tulisnya kemudian.
“Di samping itu, saya juga membeli sapi betina yang kemudian saya titipkan kepada petani (istilah kerennya dalam bahasa Jawa ‘digaduhke’) dengan sistem bagi hasil. Rata-rata setiap tahun sapi-sapi betina itu menghasilkan 1 anak. Di sini saya belajar percaya pada orang lain dan mencoba memberi penghasilan tambahan kepada petani,” sambung dia.
“Berikutnya, sejak setahun lalu, saya meluangkan waktu untuk belajar ‘forex trading’. Setelah mengikuti kursus selama 1 minggu dan praktik sendiri selama 1 tahun, kini sudah mulai kelihatan hasilnya. Dari usaha ini saya belajar mengendalikan diri dan bersabar. Orang yang harus ditaklukkan di usaha ini adalah diri sendiri. Setahun ke depan Saya berharap, saya sudah semakin mahir di bidang ini. Dan tentunya semakin mahir saya berharap penghasilannya semakin besar,” paparnya lagi. (Bersambung)
Artikel terkait: Pensiun Gaul, Bagaimana Caranya (1)
Photo credit: Ilustrasi (Ist)