Pentingnya Bina Iman Berjenjang dan Berkelanjutan bersama Mgr. Pius Riana Prapdi di Malang

0
800 views
Mgr. Pius Riana Prabdi, menelaah Buku Hasil Studi Pembinaan. (Panitia)

KOMISI-komisi serumpun bidang pembinaan di jajaran KWI, maka di sana ada Komisi Keluarga, Komisi Pendidikan, Komisi Kepemudaan, dan Komisi Seminari.

Kali ini, komisi-komisi serumpun di KWI itu secara bersama “terjun ke lapangan” di Malang guna mensosialisasikan konten Buku Hasil Studi Pembinaan Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (PIBB).

Paparan itu bertujuan untuk mendapatkan masukan dan tanggapan demi maksud diadakannya perbaikan terhadap konten buku PIBB tersebut.

Proses “produksi”

Proses penyusunan buku hasil studi tersebut sudah dimulai sejak akhir tahun 2014. Itu terjadi, ketika berlangsung Rapat Kerja Komisi se-Rumpun Pembinaan untuk memikirkan perlunya pedoman dasar bagi Pembinaan Iman Berjenjang dan Berkelanjutan.

Banyak pihak terlibat dalam penyusunan draf buku ini yaitu para Sekretaris Komisi Rumpun Pembinaan, para psikolog, para ahli pendidikan dan praktisi pendampingan anak. Termasuk juga sesi mendengarkan masukan dari para ahli sekaligus merekrut tim ahli untuk menjadi bagian dalam tim.

Maka tiba waktunya bagi KWI yang kini memandang perlu buku ini disosialisasikan di Malang. 

Sosialisasi mengambil format seminar dengan mengundang para aktifis Komisi Keluarga, Komisi Pendidikan, Komisi Kepemudaan, dan Komisi Seminari Keuskupan Malang.

Ini terjadi pada hari Minggu 5 Mei 2019 di Rumah Retret Maria Magdalena Postel Malang.

Para sekretaris eksekutif Komisi-komisi serumpun di KWI. (Ist)

Pemrasaran tunggal

Penelaah tunggal buku hasil studi adalah Mgr. Pius Rina Prabdi, Uskup Keuskupan Ketapang.

Beliau menyampaikan bahwa arah dan tujuan Pembinaan Iman Berjenjang dan Berkelanjutan ini adalah membawa umat beriman agar mampu mewujudkan diri sebagai persekutuan yang menuju kesempurnaan kasih dan kepenuhan hidup kristiani.

Kesempurnaan kasih adalah murah hati.  

Lihat janda miskin telah mempersembahkan dua peser dari kekurangannya.

Empat poros

Ada empat poros yang beliau tawarkan yaitu:

  • Pribadi.
  • Keluarga.
  • Lembaga pendidikan.
  • Paroki.

Kita perlu membangun poros roda yang berjari-jari itu. Masing-masing poros itu selalu berputar dalam keseimbangan untuk menopang beban yang ada di atasnya sehingga bisa berjalan bersama.

Setiap tahap bersinergi secara utuh walaupun tidak harus penuh.

Buku hasil studi ini bisa juga menjadi peta jalan (road map) pembinaan bagi anak-anak dalam keluarga mengingat adanya hidup dalam pemikiran sekularisme dan individualisme yang mulai menjangkiti anak-anak.

“Gerhana Allah”

Mgr. Pius lalu menyebut terjadinya “Gerhana Allah” di mana kehadiran Allah bisa “tertutup” oleh berbagai perkembangan dunia.

Mata manusia tidak mampu melihat kehadiran Allah. Allah tersingkir dari kehidupan. Manusia berperilaku seolah-olah tidak ada Allah.

Peta jalan ini akan melindungi anak-anak dari pengaruh negatif, dan dengan peta jalan ini pengetahuan iman anak-anak akan cukup sehingga anak-anak akan menjadi militan dan tidak keluar mencari jalan lain di luar keluarga dan gereja.

Tolok ukur yang dipilih dalam studi bersama

Empat aspek penting yang dijadikan tolok ukur untuk melihat kematangan pribadi dan pertumbuhan iman dalam diri seseorang adalah sebagai berikut:

  • Aspek spiritual.
  • Aspek kepribadian dan kematangan emosi.
  • Aspek intelektual.
  • Aspek sosial.

Sedangkan berjenjang berdasar usia dibagi dalam kelompok:

  • Batita.
  • Balita.
  • Usia SD.
  • Usia SMP.
  • Usia SMU.
  • Dewasa awal.
  • Dewasa muda.
  • Dewasa Madya.
  • Lansia.

Semua kelompok umur itu harus disapa agar jangan sampai ada yang terlewatkan.

Romo Hibertus Hartono MSF dari Komisi Keluarga KWI menyampaikan pengantar tentang buku Hasil Studi PIBB.

Diskusi kelompok

Untuk mendapatkan tanggapan sesuai dengan maksud seminar ini, maka seluruh peserta dibagi habis dalam 15 kelompok diskusi. Mereka mengambil tempat di ruang pertemuan, lorong-lorong Rumah Retret, ruang tamu termasuk taman indah yang ada di rumah retret.

Hasil diskusi kelompok ada enam yang dipresentasikan langsung, yang lainnya langsung menyerahkan kertas kerja kepada panitia, mengingat waktu yang tersedia.

Akan tetapi panitia masih membuka kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pandangannya dan dimanfaatkan dengan baik oleh peserta dengan mengkritisi kompetensi dan indikator-indikator yang ada dalam buku hasil studi.

Diskusi lelompok.

Ada pula yang menyarankan agar wawasan hidup bernegara dan berkebangsaan juga masuk dalam buku ini.

HUT Monsinyur

Ketika bel pukul 12 berbunyi dan Doa Ratu Surga didoakan bersama oleh seluruh peserta Seminar dan dilanjut dengan doa makan, sejenak kemudian tak disangka Panitia Lokal dalam hal ini Komisi Keluarga Keuskupan Malang menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun  untuk Mgr. Pius Riana Prabdi yang ke-52.

Mgr. Pius Riana Prapdi memmpin Perayaan Ekaristi penutupan seminar. (Ist)

Beliau dengan senyum ramahnya menyambut dengan gembira perhatian panitia dan seluruh peserta dengan memotong tumpeng ulang tahun.

Seluruh rangkaian seminar sehari ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi di Kapel Rumah Retret Maria Magdalena Postel dengan selebran utama Mgr. Pius Riana Prabdi dengan para konselebran yakni:

  • Romo Hibertus Hartono MSF -Sekretaris Komisi Keluarga KWI.
  • Romo Joseph Kristanto Suratman Pr – Sekretaris Komisi Seminari KWI.
  • Romo Antonius Haryanto Pr – Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI.
  • Romo Gandhi Hartono SJ – Sekretaris Komisi Pendidikan KWI.
  • Romo Ketut MSF – Sekretaris Komisi Keluarga Keuskupan Malang.

Kredit foto: Panitia.                  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here