Puncta 02.08.22
Selasa Biasa XVIII
Matius 14: 22-36
WAKTU itu jembatan Pak Kasih di Tayan belum dibangun. Jika pergi ke Pontianak harus menyeberang Sungai Kapuas pakai kapal ferry di Tayan.
Bulan Agustus biasanya air sungai surut. Kendaraan naik turun ke kepal pakai jembatan baja seukuran roda mobil.
Karena air surut jembatan yang menghubungkan daratan ke kapal jadi sangat curam. Kemiringan bisa mencapai 30 derajat lebih.
Sopir tidak bisa melihat jalan setapak yang turun ke geladak kapal. Dia hanya mengandalkan aba-aba dari tukang parkir di geladak kapal, jauh di bawah sana.
Kedua roda mobil harus disejajarkan dengan besi jembatan. Tangan kiri pegang hand rem. Tangan kanan pegang stir. Kaki kanan injak rem. Konsentrasi penuh kepada tukang parkir di bawah sana.
Tukang parkir memberi perintah dan kode hanya pakai tangan dari kejauhan. Salah sedikit bisa terjun ke sungai.
Tidak bisa tidak, hanya percaya pada kata-kata atau perintah tukang parkir. Tidak boleh ragu-ragu, harus berani dan yakin.
Hati berdebar dan keringat dingin bercucuran.
Barusan waktu bongkar kapal, saya lihat mobil box isi buah-buahan tidak kuat naik dan terjun ke sungai. Peristiwa itu membuat takut dan bimbang.
Ketika kita berani percaya dan mengikuti perintah si tukang parkir, kita bisa selamat.
Pengalaman ini sangat cocok sekali untuk menggambarkan bagaimana orang harus percaya.
Ketika kita percaya, akan selamat. Namun jika kita ragu, takut dan kawatir, kita akan gagal.
Petrus melihat Yesus berjalan di atas air pada tengah malam. Para murid ketakutan. Mereka mengira melihat hantu.
“Jangan takut, Aku ini,” kata Yesus seraya mendekati mereka. Petrus minta untuk dapat berjalan di atas air seperti Yesus.
Petrus mulai berjalan di atas air. Tetapi ketika ada tiupan angin, Petrus takut dan mulai tenggelam.
Ia berteriak, “Tuhan, tolonglah aku.” Yesus mengingatkan Petrus, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Ketakutan dan kurang percayalah yang membuat kita sering gagal dan jatuh.
Kekawatiran menghalangi kita untuk melangkah. Tuhan sudah memberi jaminan.
Tetapi kekawatiran kita sendirilah yang membuat kita tidak berani maju melangkah.
Kita harus percaya dan menyerahkan keselamatan kita kepada Tuhan.
Kepada Tukang parkir saja kita bisa percaya, masak kepada Tuhan Penguasa alam semesta kita masih meragukan.
Orang-orang sakit yang percaya itu disembuhkan Tuhan hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya.
Jika kita percaya, apa pun pasti bisa terjadi. “Jangan takut” sabda Tuhan. Mari kita percaya.
Menyeberang di jembatan Tayan,
Lampu kerlap-kerlip indah sekali.
Kalau kita percaya pada Tuhan,
Kita bisa melihat mukjijat terjadi.
Cawas, percaya saja….