INI ada gagasan seseorang yang belum selesai…
Sampai saat ini, saya hanya pernah empat kali ke Papua. Maka pengetahuan saya tentang Papua sangat terbatas.
Menuju Papua mandiri dan sejahtera
Sesudah berendam di Pantai Jayapura, Danau Sentani, sungai di Lembah Balim, makan ubi dan keladi serta berjumpa dengan bebera[a sahabat orang asli Papua dan pendatang yang mencintai Papua, maka izinkanlah saya menyampaikan mimpi dan harapan saya.
Tentang peranan Gereja Katolik dalam ikut berperan serta menuju Papua mandiri dan sejahtera.
Mandiri artinya adalah bahwa orang Papua semakin bisa menentukan nasib dan masa depan Papua dengan bantuan mereka yang mencintai Papua.
Mandiri dalam berbagai sektor, antara lain penyediaan pangan, kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, akses transportasi, pengelolaan pemerintah daerah, dan keamanan daerah.
Sejahtera artinya terpenuhi kebutuhan dasar dalam bidang keamanan dan kedamaian, pendidikan dan kesehatan, serta infrastruktur dan kehidupan ekonomi.
Peran Gereja Katolik menuju Papua mandiri adalah dengan penguatan semua lembaga Katolik. Agar mandiri secara keuangan dan mampu melaksanakan kaderisasi bagi orang muda. Agar mampu mengisi berbagai lowongan kerja dalam semua bidang kehidupan; termasuk dalam pemerintahan, politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.
Caritas Papua
Secara kelembagaan, saya mengusulkan dibentuknya Caritas Papua. Dengan Caritas keuskupan keuskupan lainnya sebagai badan hukum yang menjadi think thank, koordinator program dan aksi nyata, serta pusat pelatihan dan kaderisasi.
Target jumlah kader terlatih Gereja Katolik untuk pembangunan Papua mandiri dan sejahtera adalah 1.000 orang setiap tahunnya. Atau minimal 5.000 orang selama lima tahun.
Untuk itu, pendirian Universitas Katolik Papua dengan program studi yang relevan untuk membangun Papua mandiri dan sejahtera. Antara lain prodi pendidikan, keperawatan, kedokteran, ekonomi, teknik sipil, hukum, administrasi pembangunan dan pemerintahan, pertanian, pangan, peternakan, dan ilmu komputer.
Targetnya Universitas Katolik Papua bisa mandiri dalam keuangan dan kualitas akademis serta mempunyai student body sejumlah 5.000 mahasiswa yang dilayani 500 dosen dan pegawai tetap dalam waktu 10 tahun.
Komisi serta lembaga keuskupan dan paroki paroki mengambil porsi animasi dan penyadaran umat pada umumnya. Agar terlibat aktif mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan semua komunitas basis.
Target setiap tahun adalah 100 komunitas basis yang mandiri dan sejahtera atau 500 komunitas basis selama lima tahun ke depan.
Kebutuhan tenaga imam dan pastoral
Secara internal semua keuskupan di Papua diharapkan mempunyai cukup tenaga imam dan tenaga pastoral lainnya yang bukan hanya mampu memimpin ibadat dan doa Katolik. Tapi juga mampu meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di semua paroki.
Misalnya saja setiap sekolah Katolik, rumah sakit Katolik, dan lembaga Katolik lainnya dipimpin imam, suster, bruder, atau tenaga pastoral keuskupan yang mempunyai kompetensi cukup.
Apakah kemandirian dan kesejahteraan Papua tersebut bisa diwujudkan?
Kita ada di jalan yang benar dan tepat arahnya bila jumlah imam, suster, bruder, dan tenaga pastoral minimal sudah mencapai 1% jumlah warga masyarakat.
Bila jumlah penduduk Papua lima juta orang, maka kita membutuhkan imam, suster, bruder, dan tenaga pastoral yang kompeten sejumlah 50 ribu orang. Mereka semua berhak mendapatkan gaji dan tunjangan kehidupan yang pantas dan adil.
Apakah bila semua hal di atas kita usahakan maka tujuan terciptanya Papua mandiri dan sejahtera akan tercapai?
Mgr. Yanuarius Matopai You dan Octovianus Mote yakin bahwa Papua akan mandiri dan sejahtera, bila kita berjuang di jalan Tuhan.
Bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, tapi mengandalkan kekuatan Tuhan dan menyerahkan segalanya.
Agar Roh Tuhan yang bekerja lewat orang orang yang berkehendak baik dan bisa melunakkan mereka yang masih ada di garis keras dan membuka hati mereka.
Tidak ada harga mati, karena hanya akan menutup pintu dialog damai.
…. masih harus diisi…
Baca juga: Lokakarya Pendidikan Nilai untuk Guru-guru Katolik se-Kota dan Kabupaten Jayapura, Papua (10)