Perayaan Paskah Keluarga ABK Kevikepan Surakarta: Menggendhong Sukacita Keluarga

0
33 views
Ekaristi Paskah bersama keluarga dan anak-anak berkebutuhan khusus di Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo, Minggu 14 April 2024. (FX Juli Pramana)

PASTOR Vikep Surakarta Romo Robertus Budiharyana Pr mengajak segenap orangtua dan anak-anak bergembira, bersyukur merayakan Paskah. Bersukacita, karena Yesus Putera Allah telah bangkit dan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. “Sebagai umat, kita semua dirangkul,” tuturnya.

Segenap umat dan setiap anak berkebutuhan khusus juga dirangkul. Artinya diakui; juga mendapatkan pelayanan yang sama seperti umat lain. Sebagai anggota Gereja, mereka merupakan karunia dari Allah yang diberikan oleh Allah. Diselamatkan.

Dirangkul

“Tugas sebagai orangtua merangkul anak dapat diwujudkan dalam tindakan mencintai, menemani, membimbing dan tidak lupa juga mendoakan. Mencintai anak dengan cara menemani.

Pastor Vikep Kevikepan Surakarta Romo Budiharyana Pr dan Pastor Pendamping Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta RomoYoseph Aris Triyanto MSF dalam misa paskah bersama orangtua dan anak-anak berkebutuhan khusus. (FX Juli Pramana)

Selalu ada buat anak. Membimbing, mengajar, mendidik anak agar memiliki keterampilan hidup dan senantiasa mendoakan hidup anak,” lanjut Romo Budiharyana. “Dalam kaitannya dengan formatio iman mereka juga mendapatkan pendampingan rohani,” kata Romo Vikep Surakarta ini.

Hal ini disampaikan pada Perayaan Ekaristi Paskah Keluarga yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kevikepan Surakarta. Bertempat di Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Solo, Minggu 14 April 2024.

Perayaan Ekaristi dipimpin Vikaris Episkopal Surakarta Romo Robertus Budiharyana Pr dan Romo Yoseph Aris Triyanto MSF selaku Pastor Pendamping Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta. Diikuti keluarga dan anak-anak berkebutuhan khusus, Tim Pendamping Komisi Keluarga, relawan yang bertugas sebagai paduan suara, empat orang OMK Kevikepan yang diajak oleh Romo Vikep dan umat lainnya.

Jumlah yang hadir mengikuti perayaan Ekaristi  ebih dari 80 orang.

“Dengan merayakan Paskah bersama keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus, kita diajak menjadi saksi kebangkitan. Meskipun dalam keterbatasan, kekurangan, kelemahan kita diajak bersuka cita dalam keluarga karena Kristus menyertai kita,” tutur Romo Vikep.

T-shirt bertuliskan “Sukacita Keluarga” dipakai oleh tim pendamping Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta. (FX Juli Pramana)

Tidak boleh diperangkap oleh rasa sedih

Saat homili, ditayangkan kisah keteguhan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Video klip pendek berisi syering pengalaman hidup keluarga Anji – musisi anggota grup musik Drive.

Keluarga ini membagikan semangat untuk menyingkirkan rasa khawatir bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Supaya kenyataan yang terjadi di depan tidak dipenuhi hal-hal getir

Kisah Anji yang punya anak berkebutuhan khusus. (Screenshot dari video klip berisi syeringnya)

Menggendhong sukacita keluarga

Sukacita keluarga menjadi spirit yang mau “digendhong” oleh Gereja melalui Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta. Spirit ini tampak dalam tulisan “Sukacita Keluarga” di punggung kaos yang dikenakan Tim Komisi Keluarga.

Semangat ini menjadi gerakan untuk merangkul, memperhatikan, mendukung bersama anak-anak dan umat berkebutuhan khusus dengan mewujudkan pendampingan dan pelayanan baik secara rohani, medis, sosial dan psikologis.

Gereja “menggendhong” keluarga untuk menemukan sukacita sebagai perwujudan pewartaan sukacita.

Wajah kegembiraan

Wajah kegembiraan anak-anak, orangtua dan umat nampak terlihat saat mengikuti perayaan Ekaristi. Kegembiraan itu ditangkap oleh anggota Tim Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta Yustinus Joko Dwi Nugroho. Ia berprofesi psikolog dan memberikan pernyataannya kepada Sesawi.Net.

Ia mengatakan, anak-anak berkebutuhan khusus juga mampu menampakkan wajah sukacita mereka. Aura mereka bergembira selama berlangsung Perayaan Ekaristi. Saat berfoto bersama dengan teman-temanya, mereka juga menampakkan kegembiraan.

“Hal ini terjadi, karena mereka merasakan diterima. Bersama dengan keluarga, mereka merasakan diteguhkan, merasakan adanya persahabatan dan persaudaraan. Mudah-mudahan dalam diri mereka semakin tumbuh rasa kepercayaan diri,” demikian kesan Joko Dwi Nugroho.

Atmosfer sukacita bersama keluarga dengan anak-anak berkebutuhan khusus dalam ekaristi Paskah 2024 di Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo, Minggu 14 April 2024. (FX Juli Pramana)

Tidak boleh ada penolakan

Menurut Agustinus Ari Haryanto yang juga mengikuti ekaristi, perayaan kali ini sangat meneguhkan dan mampu memberikan pancaran kegembiraan. Kegembiraan untuk menerima.

“Tidak boleh ada penolakan. Itu adalah awal pembentukan dan pertumbuhan karakter bagi anak berkebutuhan khusus. Ketika seorang anak berkebutuhan khusus ditolak dan disembunyikan maka benih pertumbuhan karakter tidak bertumbuh.

Apalagi karakter tidak pernah dipupuk sehingga akan layu dan tidak berkembang,” papar Agustinus Ari Haryanto yang akrab dipanggil Arikreg yang juga mengalami disabilitas fisik, karena harus selalu mengenakan kreg atau tongkat penyangga kaki.

Agustinus Ari Haryanto alias Arikreg, seniman difabel dari Solo yang ahli seni kaligrafi. (FX Juli Pramana)

Dukungan keluarga sangat membantu

Sebagai penyandang disabilitas fisik, Arikreg menyampaikan syering tentang hidupnya. Ari mengenyam pendidikan di SMA Negeri 3 Surakarta dan Jurusan Desain Interior UNS Surakarta.

“Saya harus bisa menghadapi hidup sendiri tanpa menggantungkan diri pada kakak-kakak saya. Keluarga sungguh memberi dukungan penuh pada hidup saya. Waktu masih kecil dan karena tidak bisa berjalan, saya dibawa ke mana-mana oleh kakak-kakak. Saat bersekolah, saya mulai memiliki kesadaran penuh bahwa saya harus mampu mandiri.

Saya tempuh pendidikan di SMAN 3 Solo dan Desain Interior UNS. Sejak kecil, saya sudah suka menggambar. Lalu saya mampu bermain gitar sehingga saya disenangi teman-teman. Saat SMA sering diajak kemah dan mengisi acara waktu api unggun. Saya punya keberanian, karena jika saya disembunyikan pasti saya tidak berkembang,” kata Ari

Menemukan talenta

Menjawab pertanyaan Sesawi.Net bagaimana menemukan berkat atau rahmat, ternyata selalu ada talenta di balik kekurangan fisik. Dan itu dia rasakan sebagai anugerah Tuhan juga. Bakat pertamanya adalah menggambar. Bakat itu ditemukan, ketika ia mulai berani menerima diri apa adanya.

“Di sekolah kebetulan saya mudah menerima pelajaran. Kesempatan temu komunitas seperti sarasehan dan saat misa seperti sekarang ini mudah-mudahan juga memberikan pendampingan untuk menemukan talenta yang dimiliki sebagai anugerah Tuhan di balik kondisi kekurangan yang dimiliki,” ujarnya.

“Dengan menekuni bakat dan kemudian mengembangkan kemampuan yang ada, saya merasakan di situ ada energi untuk semakin banyak sahabat dan mengelola emosi diri. Selain menggambar, saya mengembangkan kemampuan seni kaligrafi ghotik. Teman saya seorang arsitektur dan kepadanya saya pernah mengajari seni kaligrafi.

Malah dia sempat menyebut saya sebagai gurunya dan kesan akan hal itu kemudian dia unggah di IG. Padahal itu bagi saya sudah saya lupakan, karena biasa saling belajar. Tetapi oleh teman saya itu dianggap sebuah momen yang inspiratif,” demikian cerita Ari.

Membagikan energi semangat

Proses bersama dengan sahabat dan saudara saudari memberikan kesempatan pada saya membagikan energi, motivasi dan membantu teman misalnya perspektif interior dalam tugas akhir. Atau kadang-kadang ada teman yang minta dibantu dalam arsitek untuk desain. “Hal itu menjadikan saya merasakan ada helpful. Dan itu memberi sukacita besar,” tandas Arikreg.

Sukacita Paskah. Sukacita keluarga. Sukacita untuk mewartakan sukacita dari Allah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here