Perbatasan Kalbar-Serawak: Suster Yunior SMFA Alami Pembinaan di Entikong (1)

0
878 views
Para suster SMFA yang terlibat dalam program bina lanjut untuk para suster yunior SMFA dan aksi promosi panggilan di Entikong. (Sr. Kresentia SMFA)

ENTIKONG itu berlokasi hanya selemparan batu dari Tebedu, kota perbatasan di Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur, dengan wilayah Indonesia di Provinsi Kalimantan Barat. Kota kecil ini menjadi wilayah permukiman Indonesia terakhir di wilayah Provinsi Kalbar, sebelum akhirnya kaki kita mulai menginjak tanah di Tebedu dan akhirnya menembus garis batas kedua negara satu rumpun etnik ini menuju Serawak, Malaysia.

Entikong masuk wilayah reksa pastoral Keuskupan Sanggau, Provinsi Kalbar.

Dulu sekali, perlu sedikitnya waktu selama 9-10 jam untuk mencapai Entikong melalui perjalanan darat dengan bus umum atau kendaraan pribadi. Jalan panjang itu mesti ditempuh lama, karena rute perjalanan darat harus meliuk-liuk melewati trayek jalan mengeliling Bukit Seha selepas Ngabang.

Lewat Sosok

Kini, jalan lebih mulus dan juga waktu tempuh lebih singkat sudah bisa menjadi opsi paling joss gandhos menuju Entikong.

Rute pertama adalah dari Pontianak menuju Pertigaan Simpang Ampar sejauh 104 kilometer. Kalau kita belok kanan, itu menuju  menuju arah Ketapang dan Kalteng. Karenaitu, menuju Kuala Dua dan Entikong, kita harus ambil belok kiri menuju Sosok dengan menyusuri Jalan Tayan.

Rute ini mempersingkat waktu perjalanan dari Pontianak menuju Entikong hingga kurang lebih hanya selama lima jam saja.

Susteran SMFA di Entikong dan Asrama Puteri St. Theresia yang berlokasi di belakang Gereja St. Maria Vianney Paroki Entikong. (Mathias Hariyadi)

Nah, di kota kecil di garis batas wilayah Indonesia di Provinsi Kalbar dan Negara Bagian Serawak di Malaysia Timur inilah, sejumlah suster muda SMFA (Suster Misi Fransiskan St. Antonius) bertemu untuk sebuah program acara pembinaan lanjut.

Program bina lanjut untuk para suster SMFA kategori yunior ini menempati lokasi di Paroki Santo Yohanes Maria Vianney.

Diundang Mgr. Mencuccini CP

Tarekat Suster SMFA hadir di Entikong atas undangan Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Giulio “Julius” Mencuccini CP. Undangan itu mampir datang ke Pemimpin Umum Kongregasi SMFA di Pontianak tanggal 31 Agustus 2013.

Waktu itu, demikian sejarah kilas balik masa lalu, Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Giulio Mencuccini CP minta para suster SMFA agar mau datang ke Entikong. Mereka diajak berkarya membina anak-anak asrama puteri, mengelola PAUD/TK, dan ikut serta dalam penanganan reksa pastoral Paroki Entikong.  Sejak itu, SMFA punya sejarah panjang tentang kehadirannya di Entikong.

Itulah sebabnya di kota garis perbatasan Kalbar-Serawak inilah, akhir bulan Oktober 2018 lalu berlangsung sebuah program bina lanjut untuk para suster yunior SMFA.

Biara Susteran SMFA dan asrama puteri itu terletak di bagian belakang kompleks Paroki St. Maria Vianney Entikong. Gereja menempati sisi bagian muka, sedangkan susteran SMFA ada di belakang halaman luas yang memisahkan gereja dan pastoran.

Kena tebas

Bulan Juli 2018 lalu, sebagian halaman depan Gereja St. Maria Vianney Paroki Entikong terpaksa kena ”tebas” karena terjadi kegiatan pelebaran jalan. Akibatnya, areal parkir di halaman depan gereja kini menjadi lebih kecil dari yang sebelumnya ada.

Gereja St. Maria Vianney Entikong dari sisi samping. (Mathias Hariyadi)
Gereja St Maria Vianney Entikong dilihat dari sisi jalan raya. (Mathias Hariyadi)

Sejak dari sononya, tarekat religius Suster Misi Fransiskus St. Antonius (SMFA) ini dikenal sebagai volks zisters alias ”suster rakyat”. Nah, rupanya kegiatan program bina lanjut untuk para suster yunior SMFA itu juga menjadi kesempatan baik bagi para “Suster Rakyat” itu untuk sesekali waktu bisa “turun gunung”.

Demi  kegiatan bina lanjut, para suster muda SMFA itu lalu bisa keluar dari zona nyamannya hidup di balik tembok biara dan kemudian menengok isi “pasar”.  Sembari mengalami program bina lanjut, para suster yunior SMFA juga sekalian mengadakan aksi promosi panggilan.

Stasi Paroki Kuala Dua

Kegiatan menarik minat para remaja puteri agar mau menjadi suster biarawati SMFA itu berlangsung di Gereja St. Yohanes Maria Vianney Entikong.

Paroki di garis perbatasan Indonesia-Malaysia ini dulunya hanyalah sebuah stasi kecil dari kawasan wilayah reksa pastoral Paroki Kuala Dua yang letaknya kurang lebih 60 km dari Entikong.

Paroki Entikong kini memiliki 8 stasi.Tapi, harap jangan membayangkan stasi-stasi di Entikong ini sama seperti stasi di Jawa.

Sama sekali berbeda. Tidak hanya karakteristik umatnya yang cenderung homogen di Entikong –yakni umat Katolik dari etnis Dayak dan beberapa ‘migran’ lainnya—tapi juga lokasinya bisa ‘amat jauh’ dari wilayah kota.

Ongoing Formation Suster Medior SMFA di Boerdonk, Danau Sentarum, Pontianak

Akses jalan menuju stasi-stasi di “luar kota” ini masih sangat sulit. Tidak ada aspal menuju kawasan permukiman pedesaan. Yang ada hanyalah jalan tanah yang di kala musim kemarau menjadi lautan debu, sementara di musim hujan bisa menjadi ‘”jalur maut” karena penuh kobangan lumpur pekat.

Para suster SMFA yang bertugas di Entikong memiliki dua tugas utama yakni di bidang pendidikan anak-anak asrama dan kegiatan pastoral membantu para imam yang berkarya di Paroki St. Maria Vianney Entikong. (Berlanjut)

Perbatasan Kalbar-Serawak: Promosi Panggilan, Para Suster Rakyat SMFA Jelajahi Pedalaman Entikong (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here