Renungan Harian
Sabtu, 30 April 2022
Bacaan I: Kis. 6: 1-7
Injil: Yoh. 6: 16-21
“ROMO, saya dan suami, dulu waktu mau menikah tidak ada pacar-pacaran seperti anak sekarang. Saya dulu dijodohkan oleh orangtua.
Waktu itu, bapak saya mengatakan bahwa teman bapak dari desa sebelah datang meminta saya untuk diambil menantu, dijodohkan dengan anak laki-lakinya. Saya tidak kenal sama sekali dengan calon suami saya dan saat itu saya masih berumur 14 tahun.
Saya ingat persis malam itu saya sepanjang malam tidak bisa tidur dan menangis. Dalam hati saya tidak ingin menikah, masih ingin tinggal dengan bapak dan simbok saya.
Tetapi untuk zaman itu, tidak mungkin saya berani menolak dan melawan kehendak orangtua. Menangis adalah satu-satunya cara bagi saya untuk mengungkapkan perasaan saya
Simbok amat mengerti apa yang saya rasakan. Simbok mendatangi kamar saya dan mengusap-usap kepala saya dengan memberi nasihat:
“Nduk, uripe manungsa kuwi wis pinesthi, wis diatur karo sing kuwasa. Awake dhewe kuwi mung sak drema nglakoni. Bungah susahe wong urip kuwi gumantung karo sing nglakoni. Uripmu bakal bungah yen kowe ikhlas nglokoni manut marang kang nggawe urip.
Senajan uripmu paribasan kesrakat lara lapa yen kowe ikhlas lan manut mesti sing Kuwasa bakal maringi dalan lan nguripi.
Ora-orane yen kowe nganti ditinggal nglanthung amargo sing Kuwasa kuwi tresnane marang awake dhewe ngluwihi apa sing isa kok bayangke.
Wis ya nduk sing ikhlas, Gusti kang murbeng dumadi bakal nuntun uripmu, pokoke percaya wae.”
(Nak, hidup manusia itu sudah ditentukan, sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Kita semua hanyalah sekedar menjalani. Suka duka orang hidup itu tergantung yang menjalani. Hidupmu akan bahagia kalau kamu ikhlas dan taat pada yang Maha Kuasa.
Meskipun hidupmu itu nanti miskin dan menderita, kalau kamu ikhlas dan taat maka yang Maha Kuasa pasti akanmemberi jalan dan menjamin hidupmu.
Tidak akan mungkin kalau yang Maha Kuasa meninggalkan kamu begitu saja, karena cinta-Nya lebih besar dari apa yang dapat kamu bayangkan.
Ikhlaslah nak, Allah pencipta semesta pasti akan menuntun hidupmu, percaya saja.)
Romo, tahun-tahun pertama sungguh-sungguh berat bagi saya. Saya malu dan takut kalau didekati suami saya. Kalau berjalan saya selalu dibelakang, tidak pernah saya mau jalan itu berdampingan.
Belum lagi saya harus bertanggungjawab untuk rumah tangga.
Saya harus melayani suami, membantu suami dan segalanya yang pada awal itu amat berat rasanya beban dalam pundak saya itu seperti memikul gunung anakan (bukit).
Untunglah suami saya orangnya baik dan sabar. Dia membimbing saya untuk bisa menjadi istri yang baik. Tiap malam suami selalu mengajak saya berdoa. Kami tidak pernah mohon aneh-aneh kami selalu mohon agar kami bisa ikhlas menjalani hidup ini dan taat pada Allah.
Romo, dengan cara itu saya dapat menjalani hidup saya hingga saat ini. Kami bisa membesarkan dan mendidik anak-anak kami menjadi orang.
Modalnya hanya percaya dan ikhlas untuk taat,” ibu tempat saya menjalani live in berkisah.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, gelapnya lautan dan gelora laut serta tiupan angin kencang berhenti karena kehadiran Tuhan.
“Ini Aku, jangan takut.”.