Rabu, 3 Juni 2020
PW Santo Karolus Lwanga dkk (Martir)
Bacaan Injil: Mrk 12: 18-27
“Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” (Mrk 12:27)
Sdri/a yang terkasih,
PADA zaman Yesus ada tiga kelompok masyarakat Yahudi yang selalu mencoba mencari cara untuk menjatuhkan Yesus. Mereka sering berkonflik dan mencobai Yesus dengan aneka pertanyaan yang menjebak. Mereka adalah para ahli Kitab, orang Farisi dan orang Saduki.
Kelompok orang Saduki ini tidak percaya kepada kebangkitan dan kehidupan kekal. Dalam Injil hari ini dikisahkan bagaimana orang Saduki menjebak Yesus dengan pertanyaan tentang kebangkitan.
Di tengah masyarakat Yahudi, orang Saduki sangat terpandang karena banyak yang duduk di posisi yang tinggi di dunia politik saat itu. Misalnya, Imam Besar Yahudi selalu diambil dari orang-orang Saduki. Yang termasuk orang-orang Saduki adalah kelompok orang-orang kaya.
Mereka biasanya pemilik tanah yang kaya raya dan memiliki kedudukan yang menonjol, karena melakukan manipulasi yang licik dengan memanfaatkan kedudukan politik. Hampir seluruh imam-imam kepala adalah orang-orang Saduki.
Dalam bacaan injil pada peringatan Santo Karolus Lwanga dkk (Martir dari Uganda, Afrika) hari ini diungkapkan bagaimana Yesus mengkritik sikap mereka yang tidak memahami tentang kebangkitan orang mati. Di masa kebangkitan orang mati, orang tidak kawin atau dikawinkan, mereka hidup seperti malaikat di surga.
Mereka hanya menerima lima kitab Taurat Musa, menolak konsep takdir, ganjaran kekal setelah kematian, dan tidak adanya malaikat dan roh. Mereka juga tidak menerima bahkan curiga terhadap kepercayaan populer masyarakat Yahudi saat itu dengan adanya Mesias yang datang dari Allah.
Para martir yang kita peringati hari ini sangat percaya akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Mereka merelakan nyawanya demi iman pada Kristus, Sang Mesias. Santo Karolus Lwanga bersama sebagian besar dari 22 martir Uganda (Afrika) meninggal sebagai martir karena iman pada Kristus. Mereka dibunuh pada tanggal 3 Juni 1886. Mereka dipaksa berjalan 37 mil jauhnya (± 60 km) ke tempat pelaksanaan hukuman mati.
Karolus Lwanga dikenal sebagai pemimpin guru agama dari para pelayan istana yang beragama Katolik. Dalam suatu ruangan tersembunyi, Karolus Lwanga secara sembunyi-sembunyi membaptis empat pelayan istana. Seorang di antaranya adalah Santo Kizito, seorang remaja periang serta murah hati yang baru berumur tiga belas tahun.
Kizito adalah orang yang paling muda dalam kelompok mereka. St. Karolus Lwanga juga telah seringkali menyelamatkan Kizito dari nafsu jahat Raja Mwanga yang terlibat dalam homoseksual.
Setelah beberapa hari dipenjara, Karolus Lwanga dkk dilemparkan ke dalam kobaran api. Tujuh belas martir diantaranya adalah para pelayan istana. Salah seorang dari remaja yang wafat dimartir adalah Santo Mbaga. Ayahnya sendiri yang bertugas sebagai algojo pada hari itu.
Mereka tidak takut akan kematian. Mereka menghayati dan mengimani sabda Yesus hari ini bahwa Allah yang diimani adalah Allah orang hidup. Dia memberikan kehidupan kekal kepada siapa pun yang percaya. Mereka dinyatakan kudus oleh Paus Paulus VI pada tahun 1964.
Semoga kesaksian dari semangat kemartiran mereka menginspirasi kita untuk bertekun dan setia mengimani Yesus sampai akhir hayat.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)