Percik Firman : Ambisi atau Suara Hati – Sabtu, 5 Agustus 2017

0
781 views

Sabtu Imam

Bacaan : Mat 14:1-12

“Herodes ingin membunuh Yohanes, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi” (Mat 14:5)

Saudari/a ku ytk.,

BEBERAPA waktu yang lalu saya mengirim video kepada umat tentang pesan Paus Fransiskus  menjadi orang kudus dalam hidup sehari-hari. Lalu ada seorang ibu yang bekerja sebagai pimpinan di salah satu bank di Semarang, mensharingkan pengalamannya. Sangat menarik dan inspiratif pengalamannya. Di sana ada pergulatan batin antara prinsip dan godaan. Kalau tidak kuat prinsipnya, akan terjadi kegalauan hati, dan ambisi pribadi yang terjadi. Jika punya prinsip kuat, yang terjadi adalah suara hati didengarkan dan hati akan happy.

Berikut ini sharingnya melalui WhatsApp: “Hari ini aku ketemu bos calon nasabah, butuh kredit kurang lebih 100 Milyar. Tiba-tiba marketingku dan semua orang disuruh keluar ruangan. Tinggal aku dan dia. Aku bingung, ‘Orang ini mau apa ya?’ Ternyata dia nanyain aku, ‘Untuk pengajuan kredit ini saya harus bayar kamu berapa?’ Mungkin dia bayangin jika 0,5 % aja = 500 juta? Ooh aku bilang gratis pak karena di pikiranku gak ada itu, tapi dia bilang ya sudah nanti kami beri. Wadoh, parah iki, aku tegaskan lagi bahwa kalau kredit jadi terealisasi dan pembayaran lancar itu sudah buaguus bagiku. Nah dia menjadi lega. Ini pengalamanku hari ini, Puji Tuhan. Hal seperti ini sering terjadi dan aku harus terus mengajak bawahanku untuk menolak, untuk menyenangkan hati Tuhan yang sudah memberiku berkat begitu banyak. Sudah cukup Tuhan, terima kasih Tuhan, aku tidak pernah memberi makan untuk anak-anakku dari uang-uang seperti ini hehe…Tuhan dashyat dan ajaib, ini sharing terkait pesan romo di atas haha…”

Ibu itu mengalami pergulatan batin antara prinsip dan ambisi. Untunglah, beliau mendengarkan suara hatinya. Beliau tidak tergoda pada godaan ambisi untuk menerima iming-iming uang itu dari calon nasabahnya. Saya meyakini, beliau bisa kuat seperti itu karena setiap pagi saya kenal dia rajin Misa harian, sering membaca Kitab Suci, dan ikut persekutuan doa.

Ya, pergulatan batin dalam aneka bentuk dan modelnya pasti dialami setiap orang. Pergulatan batin juga pernah dialami Raja Herodes, seperti dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini. Sang Raja galau mau membunuh Yohanes Pembaptis atau tidak. Yohanes dikenal sebagai orang yang dianggap baik dan suci. Ia senang mendengarkan ajaran Yohanes, tetapi karena sumpahnya pada putrinya di hadapan para tamu, Raja Herodes tega membunuh orang yang dianggapnya baik dan suci. Hatinya galau. Demi harga diri dan pencitraan diri di hadapan banyak orang, ia tidak hanya membunuh Yohanes, tapi juga membunuh suara hatinya sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang sudah kehilangan hati nuraninya karena hatinya sudah membeku dan tidak peka lagi. Isi hatinya sudah dijejali dengan kebusukan, terutama ambisi akan kekuasaan, kekayaan dan pencitraan diri. Tidak sedikit orang karena nafsu kuasanya tega menghilangkan nyawa saudara atau temannya. Bahkan tega “menjual imannya” demi jabatan.

Pengalaman Herodes itu juga bisa kita alami. Bila kita tidak mendengarkan suara hati atau kita membunuh suara hati, maka suara hati akan “mempersalahkan” kita nantinya. Dan hal ini akan membuat hati kita tidak tenang, serta gegana (gelisah, galau dan merana). Kita akan dikejar-kejar rasa bersalah. Oleh karena itu, ada baiknya kita juga selalu memberi waktu untuk mendengarkan dan terus mengasah kepekaan akan suara hati. Bagaimana caranya? Berdoa, ekaristi, dan membaca firman Tuhan bisa menjadi sarana mengasah kepekaan suara hati dalam hidup sehari-hari.

Pertanyaan refleksinya: Apakah hari-hari ini Anda sedang mengalami pergulatan batin yang menyita banyak energi dan pikiran? Apa yang Anda lakukan bila sedang mengalami pergulatan batin seperti itu? Selamat merenungkan.

Bersama teman menikmati kopi dan roti
Dihangatkan sinar sang mentari pagi
Mari terus mengasah kepekaan suara hati
Agar hidup tenang dan tidak gegana lagi.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma. Terimakasih atas perhatian, doa dan atensi Anda dalam bentuk apapun untuk kami para imam dan calon imam selama ini. Tuhan memberkati Anda, pekerjaan dan usaha Anda, kelompok doa Anda dan keluarga Anda. Selamat menikmati akhir pekan.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here