Senin, 21 Maret 2022
Bacaan Injil: Luk 4:24-30
Sdri/a yang terkasih,
PERNAH Anda mengalami pengalaman ditolak? Ditolak karena apa? Mungkin diitolak lamaran pekerjaan, ditolak cinta, ditolak mencari utangan, ditolak bertamu, ditolak proposal bantuan, skripsi ditolak, usulan ditolak, pelayanan ditolak. Rasanya gimana? Marah, mangkel, kecewa, sedih, dsb.
Mahatma Gandhi pernah ditolak. Ketika dia sedang belajar di Afrika Selatan, dia begitu terkesan dengan Kitab Suci kita, lebih-lebih bagian kotbah di bukit. Ia begitu yakin bahwa Kristianisme dapat menjadi jalan keluar untuk menghapus sistem kasta yang membelenggu masyarakatnya.
Suatu kali dia memberanikan diri untuk pergi ke misa dan mendengar kotbah pastor. Namun apa yang terjadi? Di pintu gereja, dia dihentikan oleh seorang kulit putih yang dengan sopan (namun nylekit/menyakitkan) melarangnya masuk dan menganjurkan dia untuk pergi ke gereja yang dikhususkan bagi orang kulit gelap. Dia kecewa dan mengurungkan keinginannya untuk masuk gereja.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk merenungkan bahwa warta dan karya keselamatan yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus itu berlaku universal, untuk semua orang. Jangan sampai kita menghambat orang lain untuk berkembang dan mengikuti kristus. Warta keselamatan itu sebelumnya telah dirintis oleh para nabi. Setidaknya ada 3 (tiga) tugas pokok nabi, yaitu: meneguhkan, mengkritik, dan menghibur.
Kalau kita melihat segala sesuatunya sudah berjalan dengan baik dan benar, tugas kita adalah meneguhkan. Harapannya, supaya apa yang sudah baik dan benar itu dapat bertahan, syukur bisa semakin berkembang, baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Kalau yang terjadi itu melenceng dari prinsip kebaikan dan kebenaran, kita wajib mengkritik demi terciptanya kebaikan bersama. Kritik itu bersifat membangun (konstruktif), tidak malah merusak atau memecah belah. Kalau kita melihat ada penderitaan dan bencana, kita harus tampil untuk menghibur.
Menjalankan tri-tugas kenabian tersebut tidak selalu mudah seperti yang dialami Tuhan Yesus. Penolakan dan cibiran juga dialami oleh Yesus sendiri. Yesus ditolak bukan sekedar karena orang-orang sekampungnya mengenal Yesus sebagai anak Yusuf tukang kayu. Tetapi karena Misi Yesus yang menjangkau ke wilayah bangsa lain rupanya menimbulkan kecemburuan, kemarahan dan keinginan untuk membunuh Dia.
Menghadapi penolakan di kampung halaman-Nya di Nasaret, Yesus memang merasa kecewa dan heran. Namun Ia tidak lantas marah dan emosi. Kita tahu bahwa Yesus adalah orang yang penuh kuasa. Pasti, Ia mampu untuk melawan orang-orang itu. Namun, Ia tidak mau melakukan. Justru, “Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka lalu pergi” (Luk 4:30).
Sikap dan tindakan Yesus ini menegaskan bahwa penolakan dan kemarahan tidak perlu dilawan dengan kemarahan; kekerasan tidak perlu dilawan dengan kekerasan. Ia memilih pergi, karena konflik yang terjadi sudah bukan lagi menggunakan akal tetapi okol. Dengan pergi ke tempat lain, Yesus tetap menabur kasih dan masih mempunyai harapan bahwa di tempat lain Ia akan diterima dan karya-Nya akan semakin berkembang.
Semoga semangat kasih dan harapan selalu berkobar dalam diri kita. Meskipun ditolak, semangat kita tidak surut. Kasih akan membuat kita tidak takut menghadapi aneka tantangan, kesulitan dan penolakan. Kasih juga akan membuat kita tidak mudah putus asa, mutung, atau ngambeg dalam pelayanan. Kita tetap mau terlibat dalam hidup menggereja. Kasih akan membuat kita maju terus dalam tugas perutusan dan karya pelayanan kita, apa pun resikonya.
Marilah kita mohon kekuatan Tuhan agar kita mempunyai semangat kasih yang tulus dan siap menghadapi pengalaman ditolak. Harapannya, kita menjadi orang kristiani yang tangguh, pantang menyerah, dan maju terus tahan banting.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)