Sabtu Imam, 1 Agustus 2020
PW St. Alfonsus Maria de Liguori (Uskup dan Pujangga Gereja)
Bacaan : Mat 14:1-12
“Yohanes pernah menegor Herodes, katanya: ‘Tidak halal engkau mengambil Herodias!’” (Mat 14:4)
Saudari/a ku ytk.,
BACAAN Injil pada Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori hari ini mengisahkan komitmen Yohanes Pembaptis sebagai seorang nabi. Atas komitmennya itu ia menghadapi resiko. Tugas seorang nabi itu meneguhkan, menghibur dan mengkritik.
Yohanes pernah mengkritik atau menegur sikap yang tidak etis dari Raja Herodes yang mengambil isteri Herodias. Herodias adalah isteri dari Filipus, saudaranya Raja Herodes sendiri.
Atas tindakannya itu, Yohanes ditangkap dan dipenjara. Dendam Herodias pada Yohanes memuncak dengan kematian Yohanes yang dipenggal kepalanya. Dendam yang berlarut-larut ternyata bisa menimbulkan pembunuhan.
Memang tidak mudah bagi kita untuk menerima kritik. Tidak mudah mengasihi dan mengampuni orang-orang yang sudah mengkritik dan memarahi kita di depan umum. Sebab dimarah-marahi orang bukanlah pengalaman yang mengenakkan. Umumnya kita tidak berharap untuk mengalaminya. Namun adakalanya, Tuhan mengizinkan hal itu terjadi dalam kehidupan kita.
Dari pengalaman inilah, kita dapat bertumbuh dalam kasih, yaitu untuk tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, kritik dengan kritik. Ketika dikritik, kita tidak perlu menyimpan dendam. Sebagai orang beriman dan dewasa, kita seharusnya berterimakasih ada orang yang sudah mengingatkan dan menegur kita lewat kritik itu.
Hari ini, awal Agustus, kita merayakan seorang kudus yang menjadi salah satu favorit saya, yakni Santo Alfonsus Maria de Liguori (1696-1787). Ia lahir dan tumbuh besar dalam keluarga bangsawan Katolik yang saleh di Napoli, Italia.
Sebelum masuk seminari, ia sudah bekerja sebagai seorang pengacara/advokat. Banyak orang yang telah dibantunya dalam mencari keadilan.
Ia mengambil keputusan untuk menjadi seorang imam yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biara pun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan.
Syukurlah Bapa Uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja/diosesan yang baik.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal dan dicintai banyak umat karena khotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkhotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam yang bertugas di sebuah kolose yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Thomas Falciola, ia kemudian mendirikan Kongregasi Penebus Dosa Paling Suci (Congregatio Sanctissimi Redemptoris, CSSR) pada tanggal 9 November 1732.
Santo Alfonsus merefleksikan ada 3 jalan untuk menghadapi kematian (masa akhir hidup) yang indah, yaitu:
1) Jangan menunggu sampai saat terakhir. Hal terpenting bagi kita adalah membenci dosa-dosa kita dan mencintai Allah dengan segenap hati.
2) Periksalah batinmu dan bereskanlah hidupmu. Setiap hari selalu ada kesempatan untuk memeriksa batin kita di hadirat Tuhan. Kita juga memiliki kesempatan untuk mengikuti perayaan Ekaristi dan mengakui dosa-dosa kita.
3) Menghindarkan diri dari cinta duniawi. Mengutip St. Ambrosius, siapa yang mematikan cinta duniawi selama hidupnya akan mati dalam keadaan baik. Prinsip yang baik adalah menganggap bahwa setiap hari adalah hari yang terakhir di dalam hidup.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikap Anda jika dikritik oleh orang lain? Keteladan apa yang dapat Anda timba dari Santo Alfonsus?
Selamat berpesta bagi para imam CSSR, serta Anda dan Gereja yang bernaung di bawah perlindungan Santo Alfonsus.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.
Terimakasih atas doa-doa Anda untuk para (calon) Imam pada hari Sabtu Imam ini. # (Y. Gunawan, Pr)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)