Pesta Santo Bartolomeus, Rasul
Bacaan : Yohanes 1:45-51
“Kata Natanael kepada-Nya: ‘Bagaimana Engkau mengenal aku?’ Jawab Yesus kepadanya: ‘Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara” (Yoh 1:48)
Saudari/a ku ytk.,
DALAM kehidupan sehari-hari kita tidak mudah menghadapi orang yang kritis dan yang cenderung berprasangka buruk kepada orang lain. Biasanya orang akan menjauhi orang seperti itu. Dari pengalaman saya di paroki dan di kampus Unika, orang-orang yang berkepribadian sulit dan penuh prasangka tersebut tidak membutuhkan kata-kata yang luar biasa. Melainkan ia butuh sentuhan sederhana dari hati yang penuh kasih, sapaan personal (pribadi), dan kesediaan kita mendengarkan dia. Penting juga memuji dia, entah pakaian yang dikenakan, keluarganya, hasil karyanya, penampilannya, dsb. Apapun bisa dijadikan bahan untuk memuji, tergantung kejelian kita terhadap dia.
Dalam bacaan Injil pada pesta Santo Bartolomeus Rasul hari ini, Tuhan Yesus memberikan contoh bagaimana menghadapi Natanael dengan sabar dan penuh kasih. Natanael dikenal sebagai orang kristis, pinter dalam hukum Taurat, dan mudah berprasangka buruk pada orang lain. Bahkan baru bertemu Yesus saja, ia sudah berkomentar (nyacat) keburukan asal-usul Yesus, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
Atas sikap Natanael itu, Yesus tidak terpancing untuk marah, tersinggung, dan membalas komentar negatif Natanael itu. Lantas apa yang dilakukan Yesus? Pertama, Yesus justru memuji ketulusan hati Natanael dengan mengatakan “Inilah orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan dalam dirinya.” Kedua, Yesus mengangkat kebaikan Natanael dan menghargai ketekunannya mempelajari-merenungkan hukum Taurat. Yesus menegaskan, “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
Menurut para ahli, ungkapan “di bawah pohon ara” berarti bahwa Yesus melihat Natanael sedang bersungguh-sungguh mempelajari kitab Taurat. Menyadari bahwa dia dipuji dan dikenal Yesus begitu mendalam, hati Natanael tersentuh. Natanael percaya dan mengaku bahwa Yesus adalah Mesias.
Natanael (Natanael bar-Tolomai: Natanael ‘anak Tolomeus’) disebut juga Bartolomeus. Dia berasal dari Kana di daerah Galilea seperti kebanyakan murid Yesus yang lainnya. Ketika diajak oleh temannya, Filipus, untuk menemui Yesus dari Nazaret, Natanael awalnya bersikap skeptik (meragukan, tidak percaya, dan mencibir). Dalam perjalanan waktu, ia menjadi murid Yesus yang luar biasa.
Dalam tulisan “Ecclesiastical History” (Sejarah Gereja), Eusebius dari Kaisarea menulis bahwa setelah Kenaikan Yesus, Bartolomeus pergi sebagai misionaris ke India, di mana ia meninggalkan sebuah salinan Injil Matius. Tradisi lain mencatat bahwa ia sebagai misionaris ke Ethiopia, Mesopotamia, Parthia, dan Lycaonia. Dia bersama rasul Yudas anak Yakobus, dikenal sebagai pembawa Kekristenan ke Armenia pada abad pertama masehi. Maka, kedua rasul ini diangkat sebagai santo pelindung bagi Gereja Apostolik Armenia.
Bartolomeus mati sebagai martir di Albanopolis, Armenia. Menurut tradisi, ia dikuliti hidup-hidup dan disalib dengan kepala di bawah. Pada abad ke-4 jenasah Bartolomeus dipindahkan ke sebuah gereja di Roma, di sebuah pulau di tengah-tengah sungai Tiber.
Dari perjalanan hidup Santo Bartolomeus atau Natanael, kiranya benarlah ungkapan ini ”Allah tidak mengasihi kita karena kita berharga, tetapi kita berharga karena Allah mengasihi kita.” Allah memandang kita sebagai pribadi yang berharga. Tetapi manusia sering keliru dalam melihat dan menilai sebuah benda dan diri seseorang. Manusia cenderung melihat dari latar bekang kehidupan pribadi, tingkat pendidikan, kekayaan, keluarga, atau tempat tinggal (tempat asal). Maka, marilah kita belajar dari Tuhan Yesus yang lebih memunculkan penilaian yang baik, positif, dan memuji orang lain daripada mencela dan menghina.
Pertanyaan refleksinya: Apakah hari-hari ini Anda sedang dikuasai pikiran dan penilaian negatif terhadap seseorang? Maukah Anda belajar dari Tuhan Yesus untuk lebih memunculkan penilaian dan sikap yang baik atau positif kepada orang lain? Selamat merenungkan.
Siang-siang melihat HP tidak aktif
Ternyata lupa harus mengisi pulsa
Mari kita belajar berpikiran positif
Setiap orang itu pribadi yang berharga.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
renungan yang bagus