Percik Firman: Dasar yang Kokoh

0
367 views

Kamis, 25 Juni 2020

Bacaan Injil: Mat 7:21-29

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Mat 7:24)

Saudari/a ku ytk.,

KITA semua diharapkan tidak hanya menjadi pembaca dan pendengar sabda Tuhan, tetapi juga menjadi pelaksana sabda Tuhan. Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus menantang kita untuk menjadi pelaksana sabda dalam kehidupan sehari-hari. 

Dia memuji orang yang melaksanakan sabda Tuhan. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu”, tegas Yesus.

Hari ini tanggal 25 Juni. Hari yang bersejarah bagi umat Keuskupan Agung Semarang. Mengapa demikian? 80 tahun yang lalu, tanggal 25 Juni 1940 Paus Pius XII di Vatikan menetapkan berdirinya Vikariat Apostolik Semarang (kini: Keuskupan Agung Semarang). Hari ini adalah Hari Ulang Tahun ke-80 Keuskupan Agung Semarang (KAS). 

Karena keadaan masih diwarnai wabah Covid-19, perayaan ulang tahun dilaksanakan secara sederhana. Perayaan Ekaristi ulang tahun dipimpin oleh Mgr. Rubiyatmoko secara online besok Minggu, 28 Juni 2020 dari Kapel St. Ignatius Rumah Uskup KAS jam 8 pagi lewat channel Youtube Komsos KAS.

Dalam rentang perjalanan selama 80 tahun, ada banyak perkembangan dan buah-buah iman yang bisa kita rasakan saat ini berkat perjuangan dan kegigihan para misionaris, para perintis, dan para katekis awam. Mereka telah meletakkan pondasi yang kokoh. Gereja KAS dibangun di atas batu “iman” dari para misionaris dan perintis. Keterlibatan kaum awam membanggakan. Panggilan menjadi iman dan biarawan/wati tumbuh subur.

Kemajuan pelayanan di bidang pendidikan (Sekolah Katolik dan Universitas Katolik), kesehatan (rumah sakit Katolik), sosial-kemasyarakatan, budaya dan ekonomi juga membanggakan kita semua. Kehadiran dan kontribusinya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia sangat terasa.

Hal tersebut senada dengan sabda Tuhan pada hari ini. Gereja KAS didirikan di atas batu yang kokoh, bukan di atas pasir. Dengan aneka “terpaan badai” (lindhu atau gempa bumi, gunung meletus, banjir, intoleransi, wabah Covid-19, dsb) selama ini, paguyuban umat beriman KAS tetap kokoh dan kuat. Solidaritas dan persaudaraan justru makin besar. Hal ini ibarat “Turunlah hujan dan banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu”.

Tonggak sejarah kelahiran Gereja KAS ini ditandai dengan Konstitusi Apostolik Vetus de Batavia. Di dalam Konstitusi Apostolik tersebut Paus Pius XII menyatakan bahwa Vikariat Apostolik Semarang resmi didirikan pada tanggal 25 Juni 1940. 

Kemudian pada tanggal 1 Agustus 1940  Bapa Suci mengangkat Rama Albertus Soegijapranata SJ, Pastor Paroki St. Yusuf Bintaran waktu itu, menjadi Vikaris Apostolik Semarang. Tercatat dalam sejarah bahwa Mgr. Albertus Soegijapranata adalah uskup pribumi pertama di Indonesia. Hal ini tentu sungguh membanggakan kita semua.

Yang membanggakan lagi, dua tahun setelah menjadi gembala umat di Vikariat Apostolik Semarang, Mgr. Soegijapranata menahbiskan 4 Imam Diosesan (Praja) angkatan pertama tahun 1942. Sebenarnya ada lima orang yang masuk dan dididik saat masuk pada tahun 1936. Tetapi yang akhirnya ditahbiskan ada empat orang. 

Keempat Imam Diosesan angkatan pertama itu adalah Rama Aloysius Purwadihardja Pr (Imam Diosesan untuk Keuskupan Agung Semarang), Rama Hubertus Voogdt Pr (untuk Keuskupan Padang), Rama Simon Lengkong Pr dan Rama Vincensius Lengkong Pr (keduanya untuk Keuskupan Manado). Rama Aloysius Purwadihardja Pr adalah putra daerah dari Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus, Wedi, Klaten.

Mereka adalah buah pendidikan di Seminari Tinggi Santo Paulus. Seminari tinggi ini adalah seminari tinggi pertama di Indonesia, yang didirikan tanggal 15 Agustus 1936. Sejak awal Seminari Tinggi Santo Paulus mendidik para calon imam diosesan dari berbagai keuskupan. Tahbisan dilaksanakan di Gereja St. Yusup Bintaran, Yogyakarta. 

Tercatat dalam sejarah UNIO KAS, Rama Aloysius Purwadihardja Pr pernah diutus untuk berkarya di Sumatera Selatan tahun 1950-1951. Kemudian pernah juga diutus pada dinas militer tahun 1961-1967. Beliau dimakamkan di kompleks makam kerkof Muntilan. 

Jika Anda berziarah ke kerkof Muntilan, Anda bisa berdoa dan berziarah di makamnya. Makamnya ada di dekat makam Rama  Richardus Sandjaja Pr. Jika makam (peti) Rama Sandjaja di tembok sebelah kanan, makam (peti) Rama Purwadihardja Pr di tembok sebelah kiri.

Pertanyaan refleksinya, sabda Tuhan mana yang menjadi pegangan hidup Anda selama ini? Apa yang sudah Anda sumbangkan untuk Gereja dan bangsa kita?

Dirgahayu Gereja KAS. Selamat Ulang Tahun ke-80.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here